Singaraja- Sistem pembayaran non tunai Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) disosialisasikan di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja, Kamis (12/5/2022). Sosialisasi yang berlangsung secara daring dan luring ini merupakan kolaborasi antara DPR RI, Bank Indonesia, dan Undiksha. Tujuannya untuk mendorong masyarakat agar bertransaksi secara digital menuju digital manajemen.
Peserta kegiatan dengan ketua panitia, I Gede Suwiwa ini adalah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan maupun penerima beasiswa. Terdapat tiga narasumber, yaitu anggota DPR RI Komisi XI, I Gusti Agung Rai Wirajaya, Ekonom Ahli Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, S. Donny H. Heatubun, dan Dekan Fakultas Ekonomi Undiksha, Gede Adi Yuniarta. Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Hubungan Masyarakat Undiksha, I Wayan Suastra. Ia menyampaikan sosialisasi ini sangat penting, khususnya bagi generasi muda. Melalui ini akan didapatkan berbagai informasi dalam rangka mengantisipasi terjadinya persoalan saat melakukan transaksi non tunai. “Para peserta ini diharapkan dapat mensosialisasikan lebih lanjut informasi yang didapatkan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Agung Wirajaya melihat khususnya di masa pandemi ini, sistem pembayaran non tunai sangat penting dilakukan sebagai bagian penerapan protokol kesehatan. “Bukan untuk di Bali saja, tetapi di seluruh Indonesia,” tegasnya. Dikatakan lebih lanjut, pembayaran non tunai juga sebagai bentuk gayung bersambut terhadap era digital. Cara ini juga sekaligus untuk meminimalisasi maupun mengantisipasi tindakan pemalsuan uang. “Kita bersyukur dengan adanya teknologi, uang tunai itu sedikit dipalsukan. Sekarang kita melihat temuan untuk uang palsu semakin menurun. BI juga melihat perkembangan ini, memberi angin segar untuk kita semua, berarti non tunai mulai sudah bermasyarakat,” katanya.
Melihat dampak positifnya, wakil rakyat kelahiran Denpasar ini menilai sosialisasi sistem pembayaran non tunai, khususnya QRIS perlu terus digencarkan. Dalam hal ini, tidak cukup mengandalkan pemerintah, tetapi juga perlu dukungan berbagai pihak, seperti mahasiswa maupun tokoh masyarakat. “Jangan sampai bangsa kita ketinggalan. Tetapi kita bersyukur, sudah terjadi peningkatan dalam rangka bagaimana membuat digitalisasi dengan tentu menjaga keamanan,” imbuhnya.
Donny Heatubun menyampaikan sistem pembayaran non tunai memiliki berbagai keunggulan, baik dari sisi merchant, konsumtif, maupun pencatatan. “Namanya juga digitalisasi, otomatis semua transaksi pasti tercatat. Jadi tidak membuat pembukuan lagi,” jelasnya. Di masa pandemi Covid-19, sistem ini sangat tepat untuk digunakan. Transaksi dapat dilakukan tanpa bersentuhan. “Dengan memanfaatkan teknologi ini, tentu masyarakat dapat tetap bertransaksi. Yang merchant bisa tetap berjualan, sementara konsumen bisa membeli apa yang diinginkan. Apalagi pada masa sebelumnya, yang mana mobilitas betul-betul dibatasi, ini keunggulan, khususnya untuk yang merchant sebagai UMKM yang kecil,” ujarnya.
Ia mengakui penerapan sistem ini masih dihadapkan tantangan. Masyarakat belum menjadikannya sebagai kebiasaan. Sedangkan dari sisi infrastruktur, khususnya di Bali dinilai relatif sudah baik. “Kalau di Bali dengan infrastruktur yang relatif sudah bagus, semakin sedikit blank spotnya. Tetapi kembali lagi ke kebiasaan. Kalau tidak pegang uang, rasanya kurang afdol. Apalagi kalau dia sebagai penjual. Padahal sama saja,” tuturnya. Ia berharap dengan adanya sosialisasi yang semakin gencar, semakin tingginya keterlibatan generasi muda yang cenderung melek teknologi, tantangan tersebut dapat teratasi. Penggunaan QRIS, katanya didukung dengan teknologi yang reliable dan mengedepankan aspek keamanan. (hms)