Kearifan lokal menjadi salah satu kekayaan bangsa yang sarat akan pengetahuan, nilai, norma, dan praktik yang berkembang dalam suatu komunitas atau masyarakat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal masyarakat tidak hanya terbatas pada adat dan tradisi, tetapi juga mencakup filosofi hidup yang mengajarkan keharmonisan, keseimbangan, dan penghormatan terhadap alam serta sesama.
Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) I Wayan Sadyana, S.S., M.Si mengupas lebih dalam kearifan lokal dan upaya pelestariannya dalam kuliah umum etnosains yang merupakan kolaborasi antara Eurasia Foundation dan Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Undiksha yang terselenggara baru-baru ini.
Akademisi asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini mengangkat tema “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Etnosains dan Kearifan Lokal. Tema ini turut mengangkat cerita dari Desa Adat Pedawa.
Menurut Sadyana, etnosains berbicara tentang bagaimana seseorang kembali ke akar budaya mereka masing-masing dan menjaga serta melestarikan adat istiadat. Adat dan kearifan lokal menjadi salah satu paradigma penting untuk menjaga hubungan dengan asal-usul dan budaya daerah. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa tantangan muncul di Bali, seperti pemikiran pragmatisme yang semakin berkembang, percampuran budaya asing, serta adanya keterputusan narasi budaya antara generasi pertama dan berikutnya. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya makna budaya dan bahkan punahnya kebudayaan lokal.
Desa Pedawa, yang kaya dengan tradisi dan budaya, juga menghadapi dampak dari permasalahan tersebut. Beberapa hal yang hampir hilang dari desa ini antara lain rumah adat, pengetahuan tentang usada Pedawa, kedaulatan pangan, permainan tradisional, sastra lisan, hingga tarian sakral. Kondisi ini memprihatinkan banyak pihak, terutama generasi muda yang merasa kehilangan ikatan dengan budaya mereka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Sadyana bersama tim menggagas Sekolah Adat Manik Empul. Sekolah adat ini bukan sekadar tempat belajar dengan gedung dan perlengkapan konvensional. Lebih dari itu, menjadi wadah bagi masyarakat dan generasi muda Desa Pedawa untuk mempelajari kembali nilai-nilai adat dan tradisi yang ada. Berbagai materi yang diajarkan di Sekolah Adat Manik Empul antara lain pengenalan awig-awig Desa Pedawa, tata luhur adat, sejarah desa Pedawa, serta pengenalan tarian, tabuh sakral, permainan tradisional, dan lagu-lagu khas desa Pedawa.
Sekolah ini dibagi berdasarkan usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Untuk kalangan dewasa, bahkan diterapkan metode Focus Group Discussion (FGD) untuk mendalami lebih jauh tentang pentingnya melestarikan adat dan kearifan lokal. Melalui pendidikan adat ini, diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Pedawa, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada. (hms)