Singaraja- Penguasaan mata pelajaran IPA oleh siswa SMP negeri di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng menjadi perhatian serius akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Berdasarkan hasil observasi, mata pelajaran itu masih sulit untuk dipahami. Kurangnya kompetensi guru dalam pengajaran dinilai menjadi salah satu pemicu. Kondisi yang demikian disikapi melalui Program Pengabdian Masyarakat (P2M). Program tersebut dilaksanakan melalui tim. Diketuai, Putu Prima Juniartina, S.Pd., M.Pd, dan anggotanya, Ni Luh Pande Latria Devi, S.Pd., M.Pd., dan NI Putu Sri Ratna Dewi, S.Pd., M.Pd.
Prima Juniartina menjelaskan sesuai hasil observasi, dalam pembelajaran IPA, salah satunya di laboratorium masih memiliki keterbatasan jumlah dan jenis alat. Kondisi itu mengakibatkan tidak semua konsep-konsep IPA eksperimentatif dapat diajarkan dengan praktikum. Selain hal itu, guru juga belum memiliki keterampilan yang memadai dalam mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. “Guru mitra mengungkapkan bahwa mereka dari dulu sangat ingin memiliki keterampilan mengelola pembelajaran IPA berbasis lingkungan. Mereka ingin memiliki kemampuan dalam membuat media KIT praktikum IPA terintegrasi yang mudah diterapkan,” jelasnya, Minggu (15/9/2019).
Mengatasi persoalan itu, menurutnya upaya peningkatkan kompetensi tata kelola, tata laksana laboratorium berorientasi lingkungan dan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran, serta pengembangan perangkat pembelajaran berbasis lingkungan sekitar sangat diperlukan. Hal tersebut, oleh tim sudah ditindaklanjuti dengan pelatihan yang dipusatkan di SMPN 3 Banjar pada 7 Agustus 2019, dengan terhadap 14 guru dari 4 sekolah. “Kami ingin melalui pelatihan ini, keterampilan guru dalam bidang pengajaran semakin baik. Bisa merancang pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery berbantuan alat peraga IPA,” ucapnya.
Pelaksanaan pelatihan terbagi menjadi dua sesi, yakni mengenai manajemen laboratorium dan mengenai pembuatan alat-alat praktikum IPA. Dari ini, peserta memperoleh pengetahuan tentang praktikum, dan pembuatan alat-alat sederhana, seperti rangkaian seri dan parallel pada materi listrik. “Bekal keterampilan serta produk yang dihasilkan guru diharapkan dapat digunakan dan disempurnakan secara berkelanjutan sehingga sekolah mitra ini bisa lebih mandiri secara ekonomis serta menjadi inisiator pengembang pembelajaran IPA berbasis lingkungan,” sambung Prima Juniartina.
Pelatihan tersebut mendapat tanggapan positif dari peserta dan diharapkan bisa berjalan berkelanjutan. Materi yang didapatkan ini juga disepakati untuk terus diaplikasikan dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak pada pemahaman siswa yang semakin baik. “Berdasarkan pengakuan peserta, selama ini belum ada pelatihan pembelajaran, kurikulum, tentang laboratorium yang mereka ikuti. Tentu apa yang kami berikan ini diharapkan bisa memberikan manfaat. Kami juga akan memberikan pendampingan secara berkelanjutan,” pungkasnya. (rls/hms)