Singaraja- Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah Indonesia (Imbasadi) menggelar Sarasehan Nusantara IX. Kali ini, Program Studi Pendidikan Bahasa Bali Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (FBS-Undiksha) dipercaya sebagai tuan rumah. Acara yang dibuka, Kamis (12/5/2022) ini sebagai ajang untuk menyatukan dan membangkitkan spirit dalam menjaga eksistensi kebudayaan, salah satunya bahasa daerah.
Acara pembukaan yang dipusatkan secara lurung di Auditorium Undiksha ini menggabarkan kekayaan kebudayaan nusantara. Di dalamnya diisi dengan pameran berbagai produk kerajinan, mainan daerah, pakaian daerah dan sebagainya dari berbagai universitas di Indonesia. Hal ini sekaligus sebagai cerminan dari tema acara “Tresnaning Budaya Hitaning Budaya: Romansa Budaya Menuju Dunia Harmoni”. Tema tersebut memiliki makna bagaimana kita sebagai generasi muda untuk menumbuhkan cinta pada kebudayaan asli agar mewujudkan kehidupan atau dunia yang lebih harmonis.
Presiden Imbasadi, Nehemia Anugrah Parasian menjelaskan kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan. Selain membangun semangat cinta budaya, momentum ini juga sebagai ruang untuk saling mengenal dan mempelajari kebudayaan antardaerah yang masing-masing memiliki keunikan. “Meskipun kita berbeda-beda dari segi bahasa daerah, kita dapat saling belajar dan juga bisa saling mengerti,” terangnya.
Ia menyadari, bahasa daerah sebagai salah satu bagian dari kebudayaan dihadapkan dengan tantangan. Tantangan tersebut datang dari penutur maupun pesatnya arus globalisasi. Oleh Imbasadi, realitas itu menjadi perhatian serius. Imbasadi bergerak untuk melakukan upaya pelestarian dalam rangka mengantisipasi semakin redupnya eksistensi bahasa daerah. Langkah yang diambil, telah aktif mengadakan berbagai perlombaan, seperti perlombaan lagu daerah, musikalisasi puisi, dan sebagainya. “Kami berharap upaya ini mendapat dukungan dari masyarakat luas,” harapnya.
Kegiatan ini dibuka oleh Dekan FBS Undiksha Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd. Ia yang mewakili Rektor Undiksha memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini di Undiksha karena dapat menjadi ruang untik menampilkan dan menghargai keberagaman kebudayaan Indonesia. Akademisi asal Ubud, Kabupaten Gianyar ini juga mengajak seluruh pihak untuk melestarikan bahasa daerah. “Jadi bahasa itu sendiri adalah gudangnya budaya. Kalau sampai bahasa daerah itu punah, maka budaya daerah akan hilang dengan sendirinya,” ungkapnya.
Ketua Panitia Sarasehan Nusantara IX Ni, Wayan Dewinta Tirta Sintyawati menjelaskan kegiatan ini diikuti oleh 69 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Sebanyak 38 orang diantaranya mengikuti secara luring.
Serangkaian sarasehan ini, dilaksanakan berbagai kegiatan. Ada pengabdian yang diwujudkan dengan kegiatan donor darah dan juga mengajar di sejumlah sekolah yang dilakukan oleh pengurus Imbasadi dan juga delegasi. Selain itu ada berbagai jenis perlombaan dan sharing session yang merupakan inti dari sarasehan nusantara untuk membahas program dalam kepengurusan serta pemilihan tuan rumah sarasehan selanjutnya. (hms)