Singaraja- Literasi, kata itu menjadi topik perbincangan pada pertemuan di Ruang Seminar Nitisastra, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (FBS- Undiksha), Kamis (10/2/2022). Topik itu disimak oleh dosen dan mahasiswa dari Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. Nampak serius sebagai tanda topik ini menarik. Diskusi pun turut mewarnai sebagai ruang untuk menjawab rasa ingin tahu. Itu adalah sekilas gambaran acara Safari Literasi yang menjadi salah satu program Perpustakaan Nasional.
“Membaca itu Sehat, Menulis itu Hebat” adalah tagline yang dikampanyekan melalui acara itu. Tagline yang terasa sederhana, namun sarat akan makna. Sekaligus sebagai bentuk “perlawanan” terhadap kondisi literasi saat ini yang masih berhadapan dengan tantangan.
Gol A Gong, Duta Baca Indonesia menjadi salah satu narasumber pada acara ini. Ia menilai saat ini muncul fenomena krisis identitas untuk dunia literasi. Ia mencontohkan pada literasi digital. Arahnya tidak sepenuhnya untuk hal-hal produktif, tetapi justru digunakan untuk menyebarkan kebencian, hoax untuk menakut-nakuti orang, menghina temannya untuk membunuh karakter. Ia menegaskan, fenomena itu dapat dihindari dengan literasi yang baik. “Saya memberitahu jika kamu membaca, kamu akan memiliki nalar yang sehat, nalar yang kritis bahwa hal-hal itu tidak baik,” tegasnya.
Khusus untuk tagline “Menulis itu Hebat”, menurutnya menulis dapat memberikan berbagai keuntungan bagi penulis. Seperti bisa sebagai sumber penghasilan atau yang ia katakan mendatangkan cuan. Selain itu juga untuk menunjukkan kemampuan bernalar, daya kritis, dan sebagainya. “Jadi saya ingin memberitahu bahwa saya orang yang berdaya dengan buku jadi impact dari membaca buku itu bermanfaat, bernilai cuan,” tuturnya.
Ayah dari empat anak ini juga memberikan pandangan singkat mengenai literasi di Indonesia. Selama safari literasi bergulir, ia melihat di setiap kota, di setiap kegiatan selalu ada peluncuran buku. “Ada anak sekolah SMP menerbitkan 200-an buku selama 3 tahun. Jadi dia produktif menulis,” ucapnya. Dari temuan itu, ia menilai bukan minat baca atau budaya baca yang rendah. Tetapi yang terjadi adalah akses bukunya yang sulit dan tidak merata. Hal ini perlu menjadi perhatian pihak terkait, mulai dari pemerintah daerah, civitas akademika kampus, maupun para penulis dengan berkumpul mewujudkan, membentuk peraturan daerah tentang ekosistem perbukuan. “Karena negara sudah menginisiasi dalam bentuk Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang ekosistem perbukuan. Kalau ada perdanya, maka di setiap wilayah, misalnya Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, kemudian Maluku Utara dan daerah-daerah terdepan, terluar, terdalam itu bisa mengurusi dirinya karena ada payung hukumnya (perda) tentang sistem perbukuan,” imbuhnya.
Pelaksanaan safari literasi di Undiksha ini bekerjasama dengan PT Pegadaian (Persero) CP Singaraja. Pimpinan Cabang I Gusti Agung Bagus Diatmika juga turut memberikan materi tentang literasi. Menurutnya, literasi, khususnya terkait dengan keuangan sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mencegah agar tidak terjerumus dari praktik ijon rentenir, kemudian pinjaman-pinjaman yang tidak bisa dijawab. “Dengan adanya literasi ini jadi baik teman-teman di kampus dan masyarakat juga melek informasi,” ujarnya.
Ia menegaskan komitmen untuk mendukung gerakan literasi agar semakin dekat dengan masyarakat. “Kita ingin mencegah agar masyarakat itu tidak terikat dengan praktik-praktik ijon, makanya kami juga ikut menggiatkan literasi di bidang keuangan,” imbuhnya.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., memberikan apresiasi atas terpilihnya Undiksha sebagai tempat safari literasi. “Safari literasi itu sesungguhnya program perpustakaan nasional Jakarta. Namun kita sebagai insan akademik terutama bergerak dalam bidang bahasa dan pengajarannya merasa punya tanggung jawab moral untuk ikut mendukung itu di tengah situasi yang menunjukkan literasi masyarakat kita belum begitu baik dalam berbagai hal entah literasi baca tulis, entah literasi teknologi, maupun ekonomi,” katanya.
Kegiatan ini memberikan manfaat positif, khususnya bagi mahasiswa. FBS akan menjadikan literasi lebih masif, termasuk ke masyarakat. “Ini sebagai bidang kita dan beberapa kali sudah dilakukan juga sebenarnya dan harus terus dilanjutkan oleh prodi-prodi yang ada di sini terutama oleh Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia terutama yang berkenaan dengan baca tulis,” pungkasnya. (hms)