Kalsel- Merdeka belajar dan kampus merdeka yang digelontorkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menjadi perhatian serius Wakil Rektor II Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Indonesia dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang berlangsung di Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan, 14-16/02/2020.
Pada kegiatan yang mengusung tema besar “Kemerdekaan dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi”, Ketua Forum WR/PR II PTN Indonesia, Prof. Dr. Wayan Lasmawan, M.Pd menjelaskan kemerdekaan yang diusung kali ini lebih pada bagaimana perguruan tinggi “merdeka” dalam merencanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan aspek perencanaan, keuangan, layanan administrasi, dan sumber daya manusia. Karena apa yang telah dicanangkan dan diatur dalam permen terkait dengan kampus merdeka mestinya di-breakdown lebih jauh agar benar-benar menyentuh arah persoalan dunia pendidikan tinggi selama ini. “Jika yang bertalian dengan pembukaan program studi, akreditasi, penguatan kompetensi lulusan, dan bentuk badan hukum perguruan tinggi telah secara nyata dan dinyatakan diatur dalam Permendikbud, maka pada sisi-sisi lain yang belum dengan real dinyatakan pada permen tersebut, harus mampu dibedah dan terjadikan sebagaimana yang diinginkan oleh Mas Menteri kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua Forum yang saat ini menjabat sebagai WR II Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) ini menyatalan pada prinsipnya forumnya sangat setuju dan mendukung apa yang telah di declear oleh Mendikbud. Kebijakan tersebut dinilai benar-benar menjadi cemeti perguruan tinggi mampu survive dan melangkah maju dalam balutan prestasi serta mutu di tengah-tengah revolusi dunia disegala dimensinya. “Untuk membedah tema besar tersebut, kami sebenarnya telah mengundang 3 narasumber yang terkait, yaitu Menteri Pendidikan dan kebudayaan, direktur PK-BLU, dan Kabiro SDM Kemendikbud. Namun Pak Menteri berhalangan hadir sehingga hanya 2 narasumber yang akan kita dengarkan dan ajak berdiskusi tentang bagaimana makna merdeka tersebut dalam kaitannya dengan pengelolaan pendidikan tinggi,” jelasnya.
Pada diskusi itu terungkap, manakala kampus merdeka sebagaimana yang dimaksud oleh Mendikbud dilihat dari perspektif instrumen pendukung terselenggaranya pendidikan tinggi yang merdeka, maka kebijakan tersebut harus diiringi oleh beberapa kebijakan turunannya seperti bagaimana kemerdekaan perencanaan program, tata kelola keuangan dan upaya peraihan sumber pendapatan bagi terselenggaranya kualitas pembelajaran, serta kemerdekaan dalam rekruitmen serta pengelolaan SDM yang demikian masih sangat karut marut sampai saat ini. “Disinilah forum ini saya harapkan mampu memainkan peran dan “tarian cantiknya” untuk mendukung dan mempercepat 4 kebijakan dasar kampus merdeka mas menteri tersebut,” katanya.
Tarian cantik tersebut, oleh Lasmawan dimaknai sebagai sebuah sinergi gagasan, ide inovatif, dan formulasi pemikiran-pemikiran yang revolutif dengan tetap bersandar pada koridor yuridis-formal. Forum yang dihuni oleh kalangan akademisi andal dan berpikiran layaknya kinstruksi pemikiran Mendikbud, diyakini dan harapkan mampu melahirkan dan memformulasikan sebuah rekomendasi strategis tentang “kampus merdeka” pada aspek perencanaan program, tata kelola anggaran, rekruitmen dan pengelolaan SDM, sehingga ada added value. “Kemerdeaan kampus yang dimaksud oleh Mas Menteri, mesti kita terjemahkan jauh kedepan agar kita benar-benar mampu menangkap ide besar yang beliau tawarkan. Karena saya berkeyakinan bahwa kemerdekaan yang dimaksud dan akan diterjadikan melalui serangkaian kebijakan yang telah dan akan dikeluarkan oleh mas menteri, bukan sebatas merdeka belajar dan merdeka dalam penguatan kompetensi serta pembukaan prodi semata,” sambungnya.
Kebijakan yang digulirkan Mendikbud diyakini pula akan ada sebuah lompatan besar yang terjadi dalam pengelolaan pendidikan tinggi. Oleh sebab itu, Lasmawan mengajak untuk menghentikan diskusi tentang konsep dan kosa kata, dengan lebih menyorot pada berpikir cerdas dan bekerja tanpa batas untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat yang demikian brilian.
Kegiatan forum kali ini dihadiri oleh 104 Wakil Rektor PTN se Indonesia, yang dibuka secara resmi oleh Rektor ULM Prof. dr. h. Sutarto Hadi. Rektor ULM menyatakan terimakasih dan dukungan yang sangat positif dengan ditunjuknya ULM sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan forum WR II PTN Indonesia tahun 2020. Kegiatan forum ini diakhiri dan ditutup secara resmi oleh Ketua Forum WR/PR II PTN Indonesia yang dirangkai dengan galla dinner yang difasilitasi oleh Gubernur beserta Ketua DPRD dan jajaran OPD Provinsi Kalimantan Selatan di Rumah Dinas Gubernur. (rls)