KORUPSI masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Berita kasus yang merugikan negara ini cukup sering muncul di media, baik cetak maupun elektronik. Kalangan anak-anak sampai orang dewasa dapat dengan mudah mengakses berita tersebut. Namun, tanpa disadari hal itu justru akan menimbulkan dampak negatif kepada anak-anak yang cara berfikirnya masih abstrak, terutama pada pengeroposan karakter. Anak bangsa yang notabene merupakan manusia-manusia baru calon penerus dan pemimpin bangsa, mesti dibimbing dan diarahkan sejak dini untuk mengantisipasi terpengaruh oleh lingkungan dan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku, tidak terkecuali korupsi.
Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd., menyatakan dalam rangka membentuk karakter antikorupsi, diperlukan upaya untuk memanusiakan manusia, yakni dengan jalan Homonisasi dan Humanisasi. Istilah hominisasi dan humanisasi atau memanusiakan manusia muda merupakan rumusan filsafat pendidikan Driyarkara, yang mengarahkan pada proses kesadaran untuk memanusiakan manusia. Hominisasi adalah proses pemanusiaan yang pada umumnya tetapi Humanisasi adalah proses pemanusiawian manusia. “Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, seperti binatang ataupun tumbuhan. Manusia tidak akan sampai pada fase ‘ke-manusiawi-an-nya’ tanpa pendidikan. Lain halnya dengan binatang. Binatang tidak perlu pendidikan, karena pada hakikatnya tidak memiliki akal budi,” jelasnya saat menjadi narasumber di Seminasi Nasional Civic Law yang digelar Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Undiksha, Jumat (1/10/2021).
Dalam proses homonisasi dan humanisasi, sambung Lasmawan manusia dapat mencapai perkembangan lebih lanjut, realisasi diri dalam laju budaya dan ilmu pengetahuan. Proses ini juga perlu diimbangi dengan pendidikan pribadi.
Karena melalui pendidikan, manusia akan berproses secara homonisasi dan menghumanisasi kediriannya menuju alam kemanusiaan yang lebih tinggi yaitu manusia yang manusiawi. “Pada tataran kemanusiawian inilah jiwa itu terbentuk dan karakter itu terlakonkan oleh manusia sebagai pribadi yang unik. Pelakonan kemanusiawian pribadi-pribadi tersebut akan terjadi dan dapat diterjadikan salah satunya melalui jalur pendidikan, baik formal, informal, maupun non formal,” pungkas Wakil Rektor II Undiksha ini. (hms)