Singaraja- Kepercayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) kepada Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebagai pelaksana program Pendidikan Profesi Guru (PPG) terus berlanjut. Pada tahun 2024, perguruan tinggi di bentangan Bali Utara ini diberikan kuota sebanyak 4.154 orang untuk PPG Guru Tertentu Tahap 2. Mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia ini mengikuti orientasi akademik secara daring, Kamis (29/8/2024).
Jumlah mahasiswa tersebut terdiri atas 21 bidang studi dan berasal dari 31 provinsi di Indonesia. Mahasiswa terbanyak berasal dari Provinsi NTT, yaitu 1.158 orang. Kedua, Provinsi NTB sebanyak 1.389 orang, dan sisanya terbagi di 29 provinsi yang lain. Keragaman peserta ini semakin mengukuhkan jargon PPG Undiksha sebagai pelanginya nusantara.
Koordinator PPG Undiksha, Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd menyampaikan pelaksanaan PPG tahun 2024 mengacu pada Permendikbudristek Nomor 9 Tahun 2024. Penamaan PPG Dalam Jabatan berubah menjadi PPG untuk Guru Tertentu dan PPG Prajabatan menjadi PPG untuk Calon Guru. “Permen Nomor 9 Tahun 2024 itu mengisyaratkan mahasiswa PPG Guru Tertentu piloting tahap 2 ini tidak ada mengikuti pembelajaran di LPTK. Jadi para peserta hanya mendaftarkan diri di LPTK, diberikan nomor induk mahasiswa, didaftarkan di PDDikti, belajar sendiri di PMM, kemudian ikut UKP PPG, “ jelasnya. Dengan demikian, sambung Nurjaya universitas tidak banyak berperan untuk PPG Guru Tertentu ini. Ujiannya dilaksanakan oleh Kementerian dan setelah lulus baru LPTK mengeluarkan sertifikat.
Orientasi akademik ini dibuka oleh Wakil Rektor Undiksha Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Hubungan Masyarakat, Prof. Dr. I Ketut Sudiana, M.Kes. Ia menyampaikan Undiksha berkomitmen untuk melaksanakan program PPG sebaik-baiknya dan berkomitmen pula mewujudkan lulusan yang professional dan berdaya saing. Dalam perjalanannya, angka kelulusan PPG di Undiksha selalu di atas rata-rata nasional. Oleh karena itu, mahasiswa PPG ini diharapkan memiliki kebanggaan menjadi bagian dari Undiksha.
Ia menegaskan esensi dari program PPG adalah mencetak guru atau calon guru profesional. Menurutnya, profesional didukung oleh 3 indikator. Pertama, pada bidang ilmu yang dipelajari. Kedua, pekerjaan profesional mendapatkan upah, reward, benefit lainnya yang layak. Ketiga, pekerjaan yang ditekuni memiliki martabat yang lebih baik. “Oleh karena itu, kalau sudah menjadi guru profesional diharapkan tidak ada guru menyampaikan pernyataan bahwa gajinya tidak cukup dan tidak merasa terpaksa jadi guru. Harus bangga dengan profesinya. Harus didukung dengan kecerdasan intelektual, spiritual dan sosial,” ajaknya. Usai mengikuti program PPG, para guru ini diharapkan dapat mengimplementasikan kriteria profesional itu dalam menjalankan ptofesinya. (hms)