Singaraja- Tim pelaksana Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja memperkenalkan cara pembuatan pupuk organik granul. Program ini menyasar subak abian, Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) dan BUMDES Desa Belatungan Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Pelatihannya berlangsung 26 Agustus 2019.
Ketua pelaksana PPDM, I Nyoman Sukarta, M.Si memaparkan program ini salah satu dari serangkaian kegiatan PPDM di tahun pertama dari rencana tiga tahun (2019-2021) pelaksanaan. Lebih lanjut PPDM ini didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Disasarnya desa Belatungan sebagai mitra implementasi PPDM tidak terlepas dari potensi yang dimiliki. “Belatungan sebagai salah daerah pertanian dengan komoditas utama berupa kopi robusta yang sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia”. Jelasnya, Minggu (25/9/2019)
Berdasarkan data dari Pemerintah Desa, kebutuhan pupuk organik untuk pemeliharaan kopi bagi petani mencapai 700 ton pertahun. Namun jumlah itu belum mampu terpenuhi. Di sisi lainnya, ketersediaan bahan-bahan untuk pembuatan pupuk organik sangat berlimpah. Salah satunya diperoleh dari peternakan kambing yang merupakan bantuan Pemerintah Propinsi Bali melalui program Simantri. Selain itu, hampir di setiap keluarga memelihara ternak babi sebagai sumber pendapatan tambahan. “Lebih dari itu, sebagai daerah pertanian, bahan baku pupuk dari limbah pertanian sangat mudah diperoleh khususnya sehabis panen kopi keberadaan kulit kopi kian menumpuk dan belum termanfaatkan. Ini bisa dijadikan pupuk” katanya. Ditegaskan, pelatihan pembuatan pupuk organik dengan mengoptimalkan pemanfaatkan sumberdaya internal merupakan wahana edukasi sekaligus mendorong terwujudkan pertanian berkelanjutan.
Anggota pelaksana PPDM yaitu Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, M.Si yang sebelumnya pernah mengikuti pelatihan pembuatan pupuk tersebut menjadi instruktur pada pelatihan ini. Dalam paparan singkatnya, dijelaskan pupuk organik granul sangat ramah lingkungan karena dibuat dengan menggunakan bahan dari kotoran hewan dan limbah pertanian. Disamping itu, takaran penggunaan menjadi lebih tepat sehingga lebih efisien.
Mempermudah proses produksi pupuk organik granul ini, Tim pelaksana PPDM Undiksha menyerahkan bantuan alat pencacah pupuk organik (APPO) dan mesin granulator. “Dengan mesin APPO ini daun-daun, rumput bahkan ranting-ranting kecil bisa dibuat ukuran kecil sehingga sangat membantu untuk penyediaan bahan baku pupuk organik, sementara mesin granulator digunakan untuk membuat kompos menjadi bentuk butiran/granul,” sebutnya. Pupuk ini tidak hanya mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, namun juga menjaga kelembaban tanah karena bahan-bahan organiknya dapat mengikat air lebih lama. Selain untuk memenuhi kebutuhan petani setempat, pupuk tersebut juga bernilai ekonomis. “Dengan adanya pelatihan pembuatan pupuk organik granul ini, Desa Belatungan melalui tiga pilar sektor ekonomi desa BUMDES, subak abian dan LEM melirik pupuk organik granul sebagai peluang bisnis penyedia pupuk organik bagi masyarakat petani internal desa maupun masyarakat umum. Muara akhir dari PPDM ini terciptanya agroindustri hulu kopi yaitu pupuk organik granul serta pengembangan ke depan agroindustri hilir “aneka produk turunan kopi robusta dari Desa Belatungan,” imbuhnya. (rls/hms)