Yayasan Pendidikan Dria Raba merupakan salah satu yayasan yang menaungi penyandang tunanetra. Yayasan ini berlokasi di Jalan Serma Gede No. 11, Sanglah, Dauh Puri Klod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), ditemukan permasalahan dalam bidang seni. Seni yang dipentaskan tidak pernah mengikutsertakan seluruh penyandang tunanetra yang ada di yayasan. Hal ini terjadi karena seni yang dipentaskan adalah seni modern yang hanya dapat diikuti oleh 5-7 orang saja, seperti musikalisasi puisi dan akustik. Dengan kata lain, dari 20 orang penyandang tunanetra yang ada di yayasan tidak semuanya mendapatkan kesempatan yang sama dalam kegiatan seni, baik seni modern maupun seni tradisional Bali. Permasalahan di yayasan tersebut tidak sejalan dengan adanya Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 yang menyatakan bahwa setiap warga (krama) Bali dapat ikut serta dalam pemajuan dan penguatan seni dan kebudayaan Bali.
Melihat permasalahan yang ada, tim PKM Undiksha yang diketuai oleh Putu Listya Candra Dewi dengan anggota Ni Kadek Dwi Wahyu Mardani, Ni Made Rai Sri Dewi, I Kadek Suhita Budi Karana, dan Ni Made Yunda Christina bersama pihak yayasan memberikan solusi berupa pelatihan kegiatan seni suara genjek. Genjek dapat diikuti lebih dari 10 orang dan genjek juga sangat cocok dimainkan oleh penyandang tunanetra karena sesuai dengan potensinya, yaitu seni suara.
Apabila pelatihan seni genjek tidak diupayakan, maka potensi penyandang tunanetra dalam seni suara tidak dapat berkembang secara optimal dan tidak semua penyandang tunanetra di yayasan mendapatkan haknya untuk dapat berkontribusi dalam kegiatan seni. Terlebih lagi saat ini minat generasi muda terhadap genjek di Bali mulai berkurang, padahal seni tradisional harus tetap dilestarikan sebagai bentuk implementasi keberlanjutan warisan budaya yang harus dijaga.
Tim dibawah bimbingan Drs. I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd., ini juga memaksimalkan potensi seni suara penyandang tunanetra dalam genjek, dengan dinyanyikannya lagu tradisional Bali atau gending Bali. Gamelan yang diperlukan sebagai pengiring genjek terdapat di Yayasan Pendidikan Dria Raba, seperti rindik juga dimainkan oleh penyandang tunanetra di yayasan tersebut, namun akses mereka untuk berlatih masih minim yang menyebabkan rendahnya kemampuan dalam memainkan rindik Bali. Di sisi lain, kolaborasi antara ketiga hal ini yakni genjek, gending dan rindik Bali belum pernah dilakukan di yayasan. Maka dari itu, mahasiswa Undiksha membuat Program Kreativitas Masyarakat Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) dengan judul “Cilpa Gistara: Kreasi Seni Suara Genjek Beriringan Rindik dan Gending Bali bagi Penyandang Tunanetra di Yayasan Pendidikan Dria Raba”. Dalam bahasa Sansekerta, kata “Cilpa” berarti seni dan “Gistara” berarti suara yang indah, sehingga “Cilpa Gistara” berarti seni suara yang indah. Arti tersebut sejalan dengan program ini, yaitu mewujudkan keindahan dari perpaduan seni suara genjek berlantunan gending tradisional yang diiringi dengan rindik Bali oleh penyandang tunanetra.
Mitra utama dari kegiatan ini adalah 20 orang penyandang tunanetra dengan spesifikasi 16 orang penyandang tunanetra kategori totally blind (buta total) dan 4 orang penyandang tunanetra kategori low vision (masih mempunyai sisa penglihatan) yang akan memainkan rindik Bali. Program ini telah dilaksanakan dari tanggal 10 Mei 2024. Setelah pelatihan ini selesai, selanjutnya akan diadakan kegiatan pentas seni. Kegiatan ini akan didokumentasikan dalam bentuk foto dan video serta dipublikasikan melalui youtube dan media sosial lainnya, sehingga dapat ditonton oleh masyarakat. Berlangsungnya pementasan ini tentu dapat memberikan kesempatan emas kepada penyandang tunanetra untuk menunjukkan eksistensinya dalam acara seni dan melatih rasa kepercayaan diri serta kerja sama tim dalam menciptakan sebuah karya seni yang indah. (rls/hms)