Bulan Bahasa Bali telah dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Bali setiap bulan Februari. Pada bulan ini diisi berbagai kegiatan dalam upaya pelestarian bahasa bahasa dan aksara Bali. Akan tetapi, momentum ini belum dapat diikuti oleh semua orang, utamanya anak-anak tunanetra untuk lomba penulisan aksara Bali. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 Pasal 16, mereka tetap memiliki hak yang sama dalam berpartisipasi aktif mengenai kegiatan seni dan budaya.
Melihat permasalahan tersebut, tim PKM-PM Undiksha yang terdiri atas Ni Made Pradnya Paramita sebagai ketua, dengan anggota Dewa Ayu Kartika Pratiwi, Ni Putu Ayu Gayatri Dewi, Desak Made Dian Widianingsih, dan I Gusti Ngurah Gede Galang Sugihana Wijaya memberikan solusi berupa pelaksanaan pelatihan literasi aksara Bali menggunakan media pembelajaran lekukan aksara Bali berbantuan audio mengenai aksara Bali yaitu aksara wianjana, gantungan dan gempelan, serta pengangge suara. Pelatihan ini, dilakukan kepada anak-anak tunanetra di Komunitas Mantra Beraksi.
Pelatihan ini menerapkan hukum belajar Thorndike melalui 4 tahapan Meleak Bali (Meraba, Mengenal, Membaca dan Menulis Aksara Bali). Media lekukan aksara (Leak) Bali ini dirancang berbentuk lekukan pahat pada papan kayu yang seukuran dengan rabaan jari tangan dan disertai dengan audio atau bunyi dari masing-masing aksara yang menyesuaikan karakteristik belajar anak tunanetra yaitu meraba dan mendengar.
Tim yang dibimbing oleh Drs. I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd., telah melaksanakan kegiatan dari tanggal 28 April 2024 dari mempersiapkan media hingga pelaksanaan pelatihan. Selanjutnya akan diadakan kompetisi menulis aksara Bali. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak tunanetra untuk ikut melestarikan warisan budaya nonbenda tradisional sebagai bentuk kearifan lokal Bali seperti anak normal pada umumnya. (rls/hms)