Pemanfaatan alat musik tradisional rindik sebagai media pembelajaran matematika khususnya berhitung untuk siswa tunanetra menjadi fokus program pengabdian yang dilakukan oleh mahasiswa Undiksha yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM). Tim tersebut terdiri atas Ni Kadek Oppi Swandari sebagai ketua dan anggota yakni Gede Wisnu Budipratama, Ni Kadek Arya Satyadewi, Ida Bagus Wisnu Dwi Nugraha dan Ni Made Ari Dwiastuti. Kegiatan pengabdian yang dilakukan dikemas dalam judul “Harmoni Edukasi: Pemanfaatan Alat Musik Tradisional Rindik untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung dan Kreasi Seni Siswa Tunanetra SLBN 1 Buleleng”, dibawah bimbingan I Putu Pasek Suryawan, S.Pd., M.Pd.
Dalam proses pembelajaran berhitung matematika, siswa tunanetra hanya mengandalkan media pembelajaran berupa stik es krim dan jari tangan saja untuk pengenalan angka. Tidak ada inovasi baru terkait media pembelajaran eksploratif dan menarik untuk menambah pengetahuan, serta memudahkan siswa tunanetra untuk berhitung, sehingga mereka merasa jenuh saat pembelajaran. Oleh karena itu, program yang dibuat ini menghadirkan konsep berhitung dalam matematika melalui pengalaman pendengaran yang terstruktur dan memadukan elemen musik dari alat musik tradisional rindik, sehingga dapat menghilangkan kejenuhan siswa tunanetra ketika belajar berhitung, serta membuat suasana belajar yang menyenangkan. Pelaksanaan program ini juga membantu siswa tunanetra untuk mengembangkan potensi keterampilan bidang kreasi seni dari alat musik tradisional rindik.
Program Harmoni Edukasi dilaksanakan mulai dari bulan April hingga Agustus tahun 2024 yang terdiri atas 5 subprogram yang menuntun perubahan dan inovasi pada siswa tunanetra. Subprogram pertama adalah Discussion for Harmony (DFH) yang meliputi perencanaan dan aktualisasi program dengan pihak mitra SLB Negeri 1 Buleleng melalui Focus Group Discussion. Subprogram kedua yaitu Ready for Harmony (RFH) yang meliputi kegiatan pembukaan dan sosialisasi program, pelaksanaan pre-test, penerbitan buku panduan, serta penyuluhan dan pengenalan alat musik tradisional rindik. Selanjutnya subprogram ketiga, Practice for Harmony (PFH), yang meliputi pelaksanaan coaching dan mentoring mengenai pembuatan nada serta penggunaan alat musik tradisional rindik sebagai media untuk berhitung matematika. Subprogram selanjutnya adalah Active for Harmony (AFH) yang meliputi pelaksanaan post-test, evaluasi media, serta merancang keberlanjutan program. Subprogram terakhir adalah Show Art for Harmony (SAFH) yang meliputi pelaksanaan latihan bersama dan penampilan bakat siswa tunanetra dalam memainkan alat musik tradisional rindik (kreasi seni). Saat menjalankan program di sekolah, tim dibantu oleh bapak dan ibu guru khusus yang mengajar siswa tunanetra. Dari keempat subprogram ini, diharapkan siswa tunanetra terbantu dengan adanya media pembelajaran berhitung yang menarik dan inovatif. (rls/hms)