Desa Belantih, Kintamani, menyongsong masa depan yang cerah sebagai sentra industri kopi. Hal ini ditandai dengan diselenggarakannya sosialisasi pengembangan manajemen usaha berbasis digital oleh akademisi Undiksha, I Wayan Pardi, S.Pd., M.Pd. Kegiatan ini melibatkan Kelompok Tani Dharma Krya dan Belantih Coffee Farm. Kegiatan yang berlangsung di Lunjangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk kopi Arabika Kintamani.
Pardi mengatakan kehadirannya di Desa Belantih adalah bagian dari komitmen Undiksha dalam mendukung Pembangunan daerah dan desa. Ia berharap kegiatan bertajuk Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan kedua mitra. “Kami yakin dengan transformasi digital, nilai tambah kopi kita akan semakin meningkat dan mampu menembus pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Senada disampaikan oleh Kepala Desa Belantih yang diwakili oleh Kepala Dusun Tangguan, I Nyoman Dana. Pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan kopi ini, tidak hanya sebagai sumber pendapatan masyarakat, tetapi juga sebagai identitas desa yang membanggakan.
Kegiatan pengabdian ini diisi dengan materi yang sangat bermanfaat bagi para petani kopi yang dibawakan oleh I Made Sukadana, SP., MP dari Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Bali. Ia memaparkan secara detail mengenai teknik budidaya dan pengolahan pasca panen yang baik serta memaparkan tentang produksi benih sebar kopi arabika berstandar.
Sementara itu, narasumber lain, I Wayan Sunanjaya SP., MP memberikan pemahaman tentang pentingnya mempertahankan perkebunan kopi Arabika Kintamani sebagai identitas desa. Materi yang dibawakan olehnya berkaitan dengan konsumsi kopi, jenis-jenis kopi yang berkembang di Indonesia yakni Kopi Arabika, Robusta dan Liberika. Selain itu juga memaparkan terkait luas perkebunan kopi di Indonesia beriringan dengan produksi kopi. Selain itu dalam pengembangannya ada beberapa komponen teknologi budidaya kopi yang sangat penting, yaitu klon unggul, sistem pemangkasan, pengelolaan penaung, pengendalian OPT, dan pengairan.
Materi yang disampaikan oleh kedua Narasumber sangat menarik dan membuka wawasan baru bagi Kelompok Tani Dharma Krya dan Belantih Coffee Farm. Kegiatan sosialisasi ini merupakan langkah awal yang baik dalam upaya pengembangan industri kopi di Desa Belantih. Ke depannya, diharapkan akan ada tindak lanjut yang lebih konkret, seperti pelatihan lanjutan, pendampingan usaha, dan pengembangan produk turunan kopi. Dengan semangat kebersamaan dan dukungan dari berbagai pihak, Desa Belantih berpotensi menjadi salah satu desa penghasil kopi terbaik di Indonesia. (rls)