Singaraja – Salah satu materi yang menarik untuk disimak dalam PKKMB 2021 adalah Manajemen Penanggulangan Bencana yang dibawakan oleh Kasubbid Kesiapsiagaan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Bali, Ida Bagus Gede Widnyana Putra, S.T., M.Kom., Sabtu (14/8/2021). Dalam pemaparan materi yang berdurasi sekitar 30 menit itu, Widnyana menjelaskan terkait pengertian bencana berdasarkan UU No. 24 tahun 2007, Klasifikasi Bencana, hingga proses terjadinya bencana.
Untuk lebih mengenal tentang kondisi dan risiko bencana alam, Widnyana kemudian memaparkan kondisi geologis Indonesia yang berada pada jalur Ring of Fire. “Indonesia berada pada Jalur Ring of Fire atau gunung Api lingkar Pasifik dan lintas Asia, dimana ada sebanyak 129 Gunung api di wilayah Indonesia yang sekaligus merupakan negara dengan jumlah gunung api terbanyak di dunia atau sekitar 16% di dunia. Sementara di Bali ada 2 gunung api aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur,” ungkapnya.
Selain itu, risiko bencana berupa gempa bumi tidak luput untuk dijelaskan oleh Widnyana. “Selain itu, kondisi geologis Indonesia berada di 3 lempeng yaitu, lempeng Eurasian, Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia ayng bergerak 5 cm hingga 12 cm per tahun. Bahkan Bali berada diantara 2 patahan. Sehingga menyebabkan kerawanan gempa Subduksi Lempeng diselatan pulau Bali, dan Gempa patahan Belakang di utara pulau Bali. Inilahyang perlu adik-adik mahasiswa perlu waspadai ancaman potensi bencana di Bali,” tegasnya.
Untuk itulah, manajemen bencana, yakni manajemen resiko bencana, manajemen kedaruratan dan manajemen pemulihan menjadi materi penting untuk dipahami bersama untuk mengurangi resiko bencana. “Dalam manajemen bencana, ada lima komponen motor penggerak mitigasi, yakni pemerintah, masyarakat, media, dunia usaha dan akademisi. Saya harap adik-adik yang ikut PKKMB bisa menjadi agen perubahan dan menjadikan budaya sadar terkait manajemen bencana,” ujarnya.
Ia juga menunjukkan hasil survey penyelamatan saat gempa di Jepang. Dimana kemampuan penyelamatan diri sendiri menjadi faktor utama keselamatan para korban, yakni sebanyak 34.9%. “Menyelamatkan diri menjadi prioritas, karena saat bencana kita tidak bisa menyelamatkan orang lain. Oleh karenanya, melalu manajemen penanggulangan bencana, saya berharap adik-adik minimal memiliki pengetahuan terkait penyelamatan diri,” sambungnya.
Dalam manajemen bencana disampaikan beberapa langkah, yakni mengetahui ancaman bencana, menyusun rencana kedaduratan, membentuk tim tanggap darurat, menyiapkan sarana dan prasarana kedaduratan, melaksanakan simulasi atau latihan berkala dan evaluasi dan tindakan perbaikan. Tidak lupa, Widnyana juga menyampaikan bahwa BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) telah menyiapkan aplikasi bernama inaRISK untuk memudahkan masyarakat mengakses info, pengetahuan hingga risiko terkait manajemen penanggulangan bencana. (hms)