Singaraja– “If you want to develop your country you have to educate your citizen” yang berarti jika kamu ingin membangun sebuah bangsa maka hal utama yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat, tidak ada yang lain. Hal tersebut merupakan kutipan milik Nelson Mandela yang disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Undiksha Dr. Gede Rasben Dantes, S.T., M.TI., saat menjadi narasumber dalam Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Sabtu (14/8/2021).
Pada hari kedua PKKMB, Wakil Rektor yang juga merupakan alumni Universitas Indonesia itu mengangkat judul Generasi Undiksha MAJU (Mandiri, Adaptif, Jujur, dan Unggul) melalui pendidikan di era revolusi 4.0 dan masa pandemi Covid-19. Topik tersebut secara tegas menunjukkan pendidikan menjadi kunci untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. “Tidak ada yang lebih berharga dari pendidikan. Itu tujuan orang tua adik-adik, menyekolahkan adik-adik sampai ke pendidikan tinggi,” ungkapnya.
Dalam era revolusi 4.0 saat ini, kegiatan manufaktur terintegrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif dan secara tidak langsung menjadi sebuah tantangan. Dalam situasi ini, mahasiswa baru harus benar-benar mempersiapkan diri agar nantinya dapat menghadapi persaingan dan memiliki daya saing.
“Tujuan kita adalah ingin mengadopsi tantangan yang muncul di era revolusi industri 4.0. Jadi literasi yang dulu kita kenal hanya calistung (membaca, menulis, menghitung). Saat ini sudah tidak cukup. Dengan adanya perkembangan teknologi, jadi yang harus diperkuat adalah literasi data yaitu bagaimana kita bisa mengelola dan memanfaatkan data tersebut secara optimal, literasi teknologi yaitu bagaimana kita bisa mengadopsi teknologi dan bisa mengimplementasikannya, kemudian yang ketiga adalah literasi manusia, bagaimana kita bisa membangun dan mengembangkan interpersonal skill yang dimiliki,” sebutnya.
Undiksha sebagai institusi akademik mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa. Hal ini tertuang dalam kurikulum yang salah satu didalamnya memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengambil mata kuliah ke luar prodi. Ini juga sekaligus terkait dengan kebijakan merdeka belajar kampus merdeka. “Tujuannya adalah pendidikan itu tidak hanya transfer of knowledge, tidak hanya transfer of skill, tidak hanya transfer of technology. Yang paling penting dalam sebuah pendidikan adalah adanya transfer value karena pendidikan itu adalah proses,” tegas akademisi asal Kabupaten Badung ini.
Sementara itu, terkait pembelajaran di masa pandemi, Undiksha menerapkan pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan berbagai platform yang dimiliki. Mahasiswa diharapkan dapat terus mengikuti dengan baik dengan cara berfikir akan pergi ke kampus, berpenampilan seperti akan ke kampus dan persiapkan ruangan yang nyaman untuk menerima materi, selanjutnya menyimak materi perkuliahan dengan baik dan membuat catatan. “Jadi harus setting diri sendiri seperti kuliah biasa secara luring, buat catatan untuk setiap deadline tugas yang dimiliki. Jika dirasa duduk terlalu lama mahasiswa bisa bergerak atau jalan-jalan sedikit dan terakhir selalu jaga kesehatan, kelola stres,” ajaknya.
Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan bahwa Rektor Undiksha selalu menyampaikan kepada dosen agar tidak terlalu membebani mahasiswa dengan tugas matakuliah yang melebihi bobot SKS-nya dan meningkatkan proses pembelajaran secara daring dengan memaksimalkan penggunaan e-learning Undiksha. Dalam sesi akhir pemaparannya, ia kembali menegaskan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. “Ini sesuai dengan konsep awal Bapak Pendidikan kita, Bapak Ki Hajar Dewantara, yaitu jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang adalah guru. “Jadi adik-adik bisa belajar dimana saja, tidak harus di sekolah atau di kampus, dan belajar dengan siapa saja terkait pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itu pemerintah memberikan kita peluang untuk belajar tiga semester di luar program studi,” ungkapnya. (hms)