Singaraja- Pemberdayaan ekonomi masyarakat tuna wicara dan tuna rungu (kolok) di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng menjadi perhatian civitas akademika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Langkah yang dilakukan berupa pengembangan pengolahan sampah organik melalui budidaya Black Soldier Fly (BSF) atau maggot. Program ini dilaksanakan Mahasiswa Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) yang digagas oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Kegiatan ini menyasar warga tuna wicara dan tuna rungu di Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM). Ketua Tim PHP2D, Ni Ketut Anggriani, Rabu (27/10/2021) menjelaskan pelaksanaan program dilaksanakan dari Agustus sampai November 2021 yang diawali dengan persiapan sarana-prasana dan pelatihan pengolahan sampah organik.
Sementara itu, dosen pembimbing I Wayan Pardi, S.Pd,. M.Pd., mengatakan progam ini tidak hanya berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sampah organik yang masih menumpuk di TPA. Tetapi lebih dari itu juga sebagai sumber penghasilan warga, utamanya di tengah pandemic Covid-19 yang memicu keterpurukan ekonomi. “Karena hasil ternak maggot kemudian dijual, baik maggot yang masih hidup maupun maggot yang sudah dikeringkan dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak unggas, ikan, dan lainnya,” jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut, mengingat maggot memiliki kandungan protein, asam amino, asam lemak, serta mineral yang sangat tinggi, maka sangat berpotensi dijadikan sebagai alternatif pakan ternak maupun penyusun pakan konsentrat. “Pengolahan sampah organik dengan budidaya BSF ini adalah salah satu dari beberapa program kerja yang digagas tim PHP2D FHIS, dengan misi pemulihan ekonomi masyarakat kolok,” imbuhnya.
Pelaksanaan program ini mendapat respon positif dari Ketua KEM Kolok Desa Bengkala, Ketut Kanta. Ia menyampaikan pemberdayaan ekonomi masyarakat sangat perlu dilakukan, apalagi di tengah pandemic Covid-19. Pasalnya, cukup banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. “Semoga kedepan masyarakat kolok intens dalam melanjutkan program yang sangat baik ini, dan mampu meningkatkan ekonomi mereka” ucapnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Hubungan Masyarakat Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd., mengatakan program PHP2D gayut dengan kebijakan kampus merdeka dan merdeka belajar karena pelaksanaannya dapat disetarakan dengan Satuan Kredit Semester (SKS). “Ini bisa nanti disetarakan dengan kredit SKS kampus merdeka,” terangnya. Disampaikan lebih lanjut, program ini juga masuk sebagai kompetisi didanai oleh pemerintah pusat. Melalui program ini pula, mahasiswa dapat berkontribusi dalam penanganan persoalan di masyarakat. “Oleh karena itu, kami selalu mendorong mahasiswa Undiksha untuk bisa mengikuti program nasional ini,” pungkasnya. (rls/hms)