Singaraja- Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tidak hanya terkenal dengan potensi wisata alamnya, tetapi juga menjadi sentra produksi dupa dan kerajinan berbahan bambu. Mahasiswa Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha turut memberikan perhatian dalam rangka pengembangan potensi tersebut. Realisasinya diwujudkan melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) yang digagas oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Program tersebut dilaksanakan oleh tim yang terdiri atas Ngurah Putu Putra Adnyana, Komang Jepri Kusuma Jaya, Putu Zasya Eka Satya Nugraha, I Dewa Ayu Sulistiani Sugma, Gusti Ayu Kadek Dindayanti, Putu Indah Permata Aji, I Komang Pasek Mudiana, Ni Wayan Anggi Sri Wahyuni, Ni Luh Ade Meidiyanti, dan Gede Mertayasa.
Ketua tim, Ngurah Putu Putra Adnyana menjelaskan pelaksanaan PHP2D bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ambengan. Di bawah bimbingan dosen, Ida Bagus Nyoman Pascima, S.Pd., M.Cs., pelaksanaan program terdiri atas empat tahapan. Pertama, menyiapkan bahan baku. Tim Pokja FTK melakukan budidaya bambu di kawasan Hutan Ambengan yang berdampak jangka panjang terhadap kesediaan bahan baku. Kedua, melakukan pelatihan kerajinan tangan yang berkolaborasi dengan seniman anyaman bambu dari Kabupaten Gianyar untuk menambah variasi unsur seni pada produk kerajinan tangan. Ketiga, memfasilitasi produksi dupa dengan memberikan mesin irat dan mesin slicer. Dan keempat, mengembangkan laman web untuk publikasi komoditas dari BUMDes Ambengan agar lebih dikenal oleh khalayak luas. “Program yang kami lakukan menggarap dari hulu sampai hilir,” ungkapnya, Sabtu (4/12/2021).
Program ini mendapat respon positif dari Kepala Desa Ambengan dan Ketua BUMDes Ambengan. Diharapkan dapat memberikan dampak dalam peningkatan kualitas usaha maupun ekonomi masyarakat. Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Hubungan Masyarakat Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd., mengatakan bahwa program PHP2D dapat disetarakan dengan Satuan Kredit Semester (SKS). Selain program ini juga masuk sebagai kompetisi yang didanai oleh pemerintah pusat sehingga mahasiswa dapat berkontribusi dalam penanganan persoalan di masyarakat. (rls/hms)