Singaraja- Belasan mahasiswa yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara – Sistem Alih Kredit dengan Teknologi (Permata Sakti) tahun 2019 berkesempatan untuk bertatap muka dengan Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.,Kamis (14/11/2019). Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berstatus Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) ini diharapkan selalu menunjukkan keindonesiaan. “Pertukaran mahasiswa ini ujung-ujungnya adalah persatuan nusantara. Karena berasal dari berbagai daerah, bertemu disini,” ungkap Rektor Jampel.
Mantan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Undikha ini menyebutkan Indonesia terdiri dari berbagai suku. Perbedaaan tersebut harus dijadikan sebuah kebanggan dan harus selalu didukung sikap harmoni, yang selalu digaungkan oleh Undiksha. “Harmoni untuk Indonesia. Undiksha komitmen untuk menciptakan hal seperti itu,” katanya.
Disampaikan lebih lanjut, keikutsertaan program nasional ini, baru sebagian kecil dari proses pengembangan diri. Oleh sebab itu, kedepan para mahasiswa tersebut tetap harus meningkatkan kualitas, dan mengedepankan sikap-sikap yang mampu menjadi senjata untuk menghadapi era disrupsi, yaitu creative, critical, collaborative dan communicative. Empat hal itu harus juga didukung dengan character. “Ini yang harus dimiliki jika ingin bisa bersaing,” tegasnya.
Sebagai lembaga yang berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, Undiksha sangat terbuka terhadap seluruh mahasiswa itu jika ingin melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Undiksha maupun program lain, seperti Pendidikan Profesi Guru (PPG). “Kalau ingin lanjut lagi disini, kami sangat senang. Tingga dikomunikasikan. Misalnya untuk S-2 atau PPG,” imbuh Rektor dua anak ini.
Wakil Rektor III Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd yang turut hadir di pertemuan itu juga menyatakan hal senada. Mahasiswa didorong untuk bisa mengembangkan softskill. “Kualitas diri harus terus ditingkatkan,” sebutnya. Hal tersebut juga kembali ditegaskan Ketua Panitia Permata Sakti Undiksha, Dr. Gde Wawan Sudatha, S,Pd.,S.T.,M.Pd dan sekretaris, I Ketut Iwan Krisna, S.E.
Salah satu peserta, Brenda Imelda Kariso mengaku sangat bangga bisa mengikuti program ini di Undiksha. Ia tidak hanya fokus pada pengembangan kemampuan akademik, tetapi juga bisa belajar budaya nusantara. “Luar biasa pengalaman yang didapatkan. Bisa berbagi dengan teman lain, saling mengenal budaya,” ucapnya.
Mahasiswa Universitas Negeri Manado ini juga mengaku kagum terhadap Undiskha. Budaya bisa disatukan dengan pendidikan dan itu dianggap hal unik. “Yang paling saya senangi adalah Undiksha masih bisa mempertahankan budaya lokal, di tengah budaya asing banyak masuk. Seperti tiap hari Kamis, mahasiswa mengenakan pakaian adat,” katanya.
Keinginannya untuk bisa melanjutkan pendidikan di universitas yang telah memiliki Fakultas Kedokteran ini sangat besar. Ia berharap nantinya bisa terwujud. “Kalau ada kesempatan, saya berkerinduan untuk datang lagi kesini. Seperti yang disampaikan Pak Rektor, mungkin bisa lanjut S-2 atau ikut PPG nanti,” imbuh mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Informatika ini.
Sesuai informasi sebelumnya, program Permata Sakti diikuti mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Negeri Manado, yang seluruhnya berstatus LPTK. Seleksinya dilakukan secara ketat, termasuk di Undiksha. Mulai dari administrasi maupun wawancara. Hal tersebut juga didukung oleh prestasi mahasiswa maupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan tidak pernah terkena sanski akademik. Pada program ini, mahasiswa mengikuti pendidikan selama tiga bulan di perguruan tinggi tujuan, dari September sampai November 2019. (hms)