Singaraja – Tanpa disadari Program PERMATA-SAKTI (Pertukaran Mahasiswa tanah Air Sistem Alih Kredit berbasis Teknologi Informasi) tahun 2020 telah menapak pada bulan ketiga. Sebagaimana diketahui bahwa program yang merupakan salah satu kegiatan implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini, dilaksanakan daring penuh karena adanya Pandemi Covid-19. Seiring dengan dilaksanakannya monitoring dan evaluasi terhadap program ini, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh panitia pelaksana, dosen pengampu mata kuliah dan mahasiswa peserta PERMATA-SAKTI.
Seperti yang diungkapkan Ketua Panitia PERMATA-SAKTI 2020 Undiksha, Dr. I Gde Wawan Sudatha, S.Pd., S.T., M.Pd. bahwa program ini menjadi tantangan tersendiri bagi system pembelajaran Daring oleh Undiksha. “PERMATA-SAKTI 2020 ini adalah baru pertama kali dilaksanakan secara daring penuh dengan demikian peserta tidak sit in di kampus tujuan. Disinilah menjadi tantangan bagi Undiksha dan juga dosen pengampu untuk memberikan pelayanan maksimal melalui pembelajan daring,” ungkapnya.
Ditemui di ruang kerjanya, Senin (30/11/2020) Wawan juga menyampaikan bahwa pembelajaran Daring PERMATA-SAKTI 2020 sampai bulan ketiga ini sudah berjalan dengan baik, bahkan mendapatkan apresiasi dari mahasiswa perguruan tinggi lain yang mengikuti program PERMATA-SAKTI di Undiksha. “Dari segi pembelajaran daring pada saat pembelajaran tidak mengalami kendala yang berarti karena dosen pengampu dan mahasiswa sudah terbiasa dengan pembelajaran daring,” ujarnya.
Namun, dalam perjalanannya beberapa peserta mengundurkan diri dari Program Permata-Sakti 2020 ini. Wawan sangat menyayangkan hal ini terjadi. Menurutnya banyak sekali manfaat yang diperoleh dari program ini. “Sangat disayangkan. Padalah melalui PERMATA-SAKTI ini peserta dapat mengenal iklim akademik perguruan tinggi lain serta mengenal budaya setempat,” ungkap Pejabat Kepala Pusat Pembelajaran Daring Undiksha ini.
Berikutnya, dengan menggandeng BEM-REMA dan UKM Kesenian Daerah, dalam program PERMATA-SAKTI ini akan diberikan juga kelas Budaya, dimana mahasiswa dari perguruan tinggi lain akan mendapatkan materi terkait adat istiadat, dasar-dasar tari, gamelan dan kidung Bali, serta destinasi pariwisata di Bali secara daring. “Dengan begitu, mahasiswa akan merasakan atmosfer kehidupan di Bali, walau saat ini dilakukan secara daring. Kami dari panitia juga berusaha menyiapkan materi semaksimal mungkin,” tutupnya. (adm)