Singaraja- Puluhan Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) mengikuti seleksi Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara – Sistem Alih Kredit dengan Teknologi (Permata Sakti) tahun 2019. Seleksi wawancaranya berlangsung, Jumat (16/8/2019). “Yang mendaftar untuk ikut program ini ada 36 mahasiswa dari beberapa program studi jenjang sarjana,” ungkap Kepala Subbagian Kerjasama Undiksha, I Ketut Iwan Krisna, S.E disela-sela wawancara peserta.
Jumlah pelamar itu lebih sedikit dari tahun sebelumnya yang mencapai 40. Hal tersebut diduga akibat informasi baru ada mendekati jadwal seleksi. Namun demikian, pihaknya mengapresiasi animo mahasiswa tersebut. “Undiksha mendapat kuota 12 orang,” jelasnya. Disampaikan lebih lanjut, mahasiswa yang dinyatakan lolos seleksi akan mengikuti pendidikan selama tiga bulan. Ada enam universitas yang menjadi tujuan, yakni Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Negeri Manado. “Tujuannya perguruan tinggi yang berstatus Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),” kata Iwan Krisna.
Seleksi program ini dilakukan secara ketat. Mulai dari administrasi maupun wawancara. Hal tersebut juga didukung oleh prestasi mahasiswa maupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan tidak pernah terkena sanski akademik. “Hari ini wawancara. Hasilnya akan disampaikan ke prodinya masing-masing. Disana nanti akan ditentukan siapa yang lolos. Salah satunya karena berprestasi,” ucapnya.
Program tahun ini tak hanya untuk mengembangkan pengalaman akademik mahasiswa. Tetapi juga untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan, pertukaran budaya dengan mahasiswa lain. “Ini sangat positif. Lebih ditekankan pada wawasan kebangsaan. Tidak semata-mata hanya melihat akademiknya saja. Program ini mulai sesuai tahun akademik masing-masing perguruan tinggi tujuan,” imbuhnya.
Pelamar juga memberikan komentar untuk program ini. Seperti halnya Desi Yunitasari dan saudara kembarannya, Devi Yusvitasari. Mahasiswa semester V Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial ini menilai program tersebut sangat positif. Salah satunya untuk memberikan wawasan tentang pembelajaran yang diterapkan di universitas lain yang nantinya bisa adopsi. “Dengan ikut ini, kami bisa menambah wawasan. Jadi tahu pembelajaran perguruan tinggi lain seperti apa,” katanya. (hms)