Singaraja- Setelah hampir 3 bulan mahasiswa program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Gelombang II di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Tahun 2022, mengikuti berbagai aktivitas perkuliahan dan lainnya, pada Jumat (30/12/2022) mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia ini harus berpisah dan kembali ke kampus masing-masing. Pada hari ini, mereka secara resmi dilepas oleh Undiksha.
Acara pelepasan ini dipusatkan di Auditorium Undiksha. Acara berlangsung dengan penuh suka cita dan sangat meriah dengan adanya penampilan seni budaya dari masing-masing kelas modul nusantara.
Pada kesempatan ini, Rektor Undiksha diwakili oleh Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Kerjasama, Drs. I Made Yasa, M.Pd. Ia memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang sudah memilih Undiksha sebagai kampus tujuan untuk melaksanakan program PMM. Tingginya angka partisipasi mahasiswa ini juga mengantarkan Undiksha menjadi Perguruan Tinggi Penerima Mahasiswa PMM Terbanyak Tahun 2022 dan mendapatkan penghargaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek). Pada tahun 2023, pelaksanaan PMM diharapkan bisa meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kulitasnya.
Salah satu mahasiswa PMM Rico Ade Diyastama dari Universitas Negeri Semarang mengatakan banyak sekali pengalaman baru yang didapatkan selama mengikuti program Kemdikbudristek ini di Undiksha. Hal terpenting baginya selama 3 bulan mengikuti program ini, dapat mempelajari berbagai mata kuliah di luar program studi utamanya. Selain itu mendapatkan teman-teman baru serta cara pembelajaran yang baru membuatnya sangat berkesan mengikuti program ini. “Yang paling terpenting di Undiksha saya mengambil lintas jurusan full semuanya 20 sks di Undiksha diluar dari prodi asal saya Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,” jelasnya.
Mahasiswa semester III ini menjelaskan, selain pengalaman pembelajaran yang sangat berkesan, satu hal yang membekas di hatinya adalah belajar bagaimana saling toleransi satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang mengikuti program ini berasal dari berbaai daerah di Indonesia yang memiliki agama, suku, ras yang berbeda-beda. Menurutnya, toleransi harus terus dijaga untuk selalu mempertahankan Kebhinekaan. “Dari situ saya belajar bahwa toleransi perlu kita jaga untuk mengikuti program PMM ini,” terangnya.
Disampaikan lebih lanjut, meskipun ia mengalami kesulitan dalam hal mobilitas selama pelaksanaan PMM di Undiksha, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat dan tekadnya untuk mengikuti berbagai program yang ada dalam PMM.
Selain Rico, mahasiswi lainnya Reka Novintan Barus asal Medan juga merasa senang bisa mengikuti program PMM di Undiksha. Ia memberikan apresiasi kepada Undiksha yang sudah bersedia menerimanya dan 300 mahasiswa. Bagi mahasiswi dari Universitas Terbuka Medan ini, kebhinekaan adalah salah satu hal yang paling nampak dalam pelaksanaan PMM di Undiksha. Ia juga sangat berkesan dengan sopan santun dan keramahan yang dimiliki orang-orang di Bali. “Jadi sopan santun, ramah tamah sangat dijunjung tinggi,” jelasnya.
Mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa Inggris ini mengaku sangat sedih harus berpisah dengan teman-teman dari program PMM ini dan juga dengan para dosen yang sudah mengajarnya selama mengikuti program di Undiksha. Akan tetapi, ia percaya jika ilmu yang didapat di kampus yang berlokasi di bentangan Bali Utara ini sangat bermanfaat. Dirinya juga berharap seluruh mahasiswa PMM bisa menjadi duta kebhinekaan dan selalu menjunjung toleransi. “Untuk generasi muda ayo kita junjung toleransi dan menjaga kebhinekaan agar menjadi satu padu,” harapnya.
Kesan yang diutarakan oleh perwakilan mahasiswa ini adalah salah satu tanda bahwa taglinbe program PMM “Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya” benar-benar dirasakan. (hms)