Singaraja– Mahasiswa Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) menggelar program kepekaan sosial, Sabtu (10/4/2021). Acara yang mengundang pelajar dari sejumlah SMA/SMK dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Buleleng sebagai peserta ini berupa pelatihan jurnalistik praktis. Pelatihan ini sebagai salah satu media untuk mewujudkan pemberitaan yang berkualitas dan menghindari hoax (berita bohong).
Ketua Panitia, Putu Sosiawan menjelaskan eksistensi jurnalistik di tengah perkembangan teknologi semakin tinggi. Berita sebagai karya dari jurnalistik sangat mudah disebarluaskan melalui berbagai jenis media, seperti koran, majalah dan televisi, ataupun sosial media seperti blog, facebook, instagram dan twitter. Media ini juga sangat mudah diakses oleh publik atau pembaca, terlebih yang berbasis digital.
Lebih lanjut disampaikan, jurnalistik telah masuk di dunia pendidikan. Setiap sekolah maupun perguruan tinggi telah membentuk pers siswa maupun pers mahasiswa. Organisasi ini berperan dalam mempublikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan, baik prestasi yang diraih, program unggulan, pelaksanaan kegiatan hingga penerimaan siswa maupun mahasiswa. “Keikutsertaan pelajar dalam kegiatan jurnalistik memberikan manfaat yang sangat penting untuk lembaga pendidikan. Selain itu melalui ini dapat pula mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan keahlian berorganisasi serta melakukan wawancara,” ungkapnya.
Berita yang dibuat oleh pers siswa maupun mahasiswa diharapkan mampu menyajikan informasi yang akurat, terpercaya, berkualitas, dan menarik. Dalam praktiknya, pelajar masih ada yang menghadapi hambatan dalam kegiatan menulis, yang diklasifikasikan menjadi hambatan secara umum dan khusus. Hambatan umum, yaitu hambatan yang dialami oleh semua penulis pemula. Hambatan tersebut adalah dalam menentukan topik yang akan ditulis, penyusunan kalimat efektif, menentukan judul, dan pemilihan kata. Hambatan khusus, bersumber pada diri seseorang, seperti halnya kehilangan mood menulis maupun kendala di lapangan saat pelaksanaan peliputan. “Berangkat dari sejumlah persoalan tersebut, kami berinisiatif melaksanakan kegiatan pelatihan ini,” jelasnya.
Pelatihan ini diikuti 140 peserta, terdiri atas siswa maupun mahasiswa, yang sebagian besar tergabung dalam kegiatan jurnalistik sekolah dan kampus. Pelaksanaannya dilakukan secara daring karena masih dalam situasi pandemi Covid-19. “Kami berharap melalui kegiatan ini, ada manfaat yang didapatkan berkenaan dengan jurnalistik praktis dan bisa diaplikasikan di sekolah atau kampus,” kata lulusan sarjana Universitas Udayana tahun 2014 ini.
Sementara itu, Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa Program Pascasarjana Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Rasna, M.Pd., mengatakan pelaksanaan program kepekaan sosial menjadi salah satu program yang digulirkan prodi setiap tahun, sekaligus sebagai bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Keterlibatan mahasiswa tidak lain untuk mengaplikasikan keilmuan dalam rangka turut memberikan solusi terhadap persoalan yang ada di masyarakat. “Pelatihan ini salah satu aplikasi kepekaan sosial,” ucapnya didampingi Sekretaris Prodi, Dr. I Putu Mas Dewantara, M.Pd.
Akademisi asal Klungkung ini pun mengharapkan dengan adanya pelatihan terjadi peningkatan wawasan para insan pers sekolah maupun perguruan tinggi. “Tentu program ini arahnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan. Kami berharap peserta mendapatkan itu. Mendapatkan manfaat dari kegiatan ini,” imbuhnya.
Pada pelatihan ini, materi diisi oleh dua narasumber, yaitu Putu Sosiawan, yang juga merupakan mahasiswa Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa Undiksha. Ia juga memiliki pengalaman sebagai jurnalis di salah satu media cetak terbesar di Bali. Materi yang disampaikan berkaitan dengan teknik dasar jurnalistik. Hal yang disampaikan mulai dari tata cara penulisan berita maupun strategi peliputan. Selain itu juga menekankan sejumlah hal yang mesti dipegang seorang jurnalis, seperti keberimbangan pemberitaan, kejujuran, dan kecermatan. Tiga hal tersebut sekaligus untuk mengantisipasi munculnya berita hoax. “Pada kesempatan ini, lebih tepat dikatakan sebagai sharing session. Saya juga masih perlu banyak belajar. Hal yang disampaikan pada hari ini semua berangkat dari pengalaman,” tuturnya.
Satu narasumber lagi adalah Putu Nova Anita Putra. Ia adalah seseorang yang masih aktif sebagai redaktur media online maupun secara kontributor berita pada salah satu televisi nasional. Karir di bidang jurnalistik telah ditekuninya sejak tahun 2003. Materi yang disampaikan terkait dengan jurnalistik televisi, mulai dari penyusunan berita, teknik pengambilan vidio, teknis peliputan, maupun tantangan yang dihadapi di lapangan. (hms)