Singaraja- Program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara – Sistem Alih Kredit dengan Teknologi (Permata Sakti) tahun 2019 di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) mendapat apresiasi dari Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) pusat dalam pertemuan, Jumat (22/11/2019). Hal tersebut karena pelaksanaan program yang sudah berjalan sesuai pedoman yang telah ditentukan.
“Jadi kami menilai bahwa penyelenggaraan program Permata Sakti di Undiksha ini sudah berjalan baik, sesuai dalam pedoman. Dan yang sangat terkesan bagi saya adalah Undiksha ini taat asas untuk bisa mengembangkan program, tidak hanya pembelajaran konvesional, tetapi juga bleanded learning, sehingga itu sangat positif untuk mahasiswa,” ungkap Tim Monev, Dr.med. Setiawan, dr.
Lebih lanjut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ini menyampaikan Undiksha juga telah memberikan fasilitas untuk mahasiswa, berupa jas almamater, Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), dan lain sebagainya. “Dengan ini, mahasiswa merasa langsung jadi bagian Undiksha. Pada program ini, mahasiswa juga bisa mengambil SKS sesuai ketentuan,” katanya.
Dibalik hal itu, tidak dimungkiri tetap perlu ada perbaikan pada pelaksanaan program ini. Salah satunya seperti yang disampaikan mahasiswa terkait transportasi menuju kampus yang masih menjadi kendala. Pihaknya memberikan masukan, menyikapi hal itu, universitas bisa menyediakan alat transportasi berupa sepeda. “Ini kan bagus juga untuk kesehatan. Tempat tinggal mahasiswa juga tidak terlalu jauh dari kampus. Jadi itu bisa membantu. Memang masih ada yang perlu perbaikan, tetapi itu hal yang wajar. Dalam penyelenggaraan program, ada upaya untuk peningkatan kualitas,” sebutnya.
Melalui pertemuan yang berlangsung di ruang Ganesha I Rektorat Undiksha ini, kendala-kendala yang dialami mahasiswa telah didiskusikan dan langsung diklarifikasi, baik oleh universitas maupun Tim Monev. “Masukan ini penting untuk bahan evaluasi pelaksanaan program kedepan,” kata Setiawan. Secara umum, ia menyebutkan pelaksanaan program juga perlu diikuti perubahan pola pembelajaran yang relevan dengan tuntutan revolusi industri 4.0. Oleh sebab itu, pada dosen harus menyiapkan modul-modul secara online maupun memperkuat proses pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka. “Perlu ada fleksibilitas dan adanya kesempatan lebih independen dari mahasiswa,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Permata Sakti Undiksha, Dr. Gde Wawan Sudatha, S,Pd.,S.T.,M.Pd mengatakan mahasiswa yang mengikuti program nasional ini mengikuti pendidikan di Undiksha selama tiga bulan. Pihaknya komitmen untuk melakukan perbaikan, seperti halnya waktu perkuliahan dan lain sebagainya. “Tentu apa yang masih menjadi kekurangan, akan ditindaklanjuti dan disampaikan ke pimpinan, sehingga pelaksanaan program ini semakin baik,” ujarnya.
Program ini, sambungnya tidak hanya memberikan pengalaman akademik untuk mahasiswa, tetapi juga bisa mengenal budaya. Oleh sebab itu, diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan. “Dari program ini, mahasiswa bisa tahu tentang budaya Bali dan lain sebagainya. Tentu kami ingin program ini bisa berjalan terus,” jelasnya. Hal senada juga diutarakan sejumlah Koordinator Program Studi yang turut hadir dalam monev itu. Disampaikan program ini dapat memberi warna baru untuk pendidikan di Undiksha karena diisi dengan pertukaran pengalaman dengan mahasiswa lokal. Bahkan ada yang berharap pembelajaran bisa dilakukan selama satu semester.
Salah satu peserta, Eka Putri Agustina mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian program ini karena sekaligus memberikan kesempatan untuk mengenal Bali lebih dalam, termasuk masyarakatnya. “Ini menjadi sebuah pembelajaran bagi saya. Paling berkesan ketika mengenal keseharian dengan masyarakat Bali. Bagaimana penggunaan bahasa Bali, menggunakan pakaian adat dan menjaga harmonisasi,” tuturnya seraya berharap program ini bisa semakin baik.
Pada pertemuan dengan mahasiswa, Rektor Undiksha, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.,mengatakan program Permata Sakti sebagai media untuk menunjukkan keindonesiaan. “Pertukaran mahasiswa ini ujung-ujungnya adalah persatuan nusantara. Karena berasal dari berbagai daerah, bertemu disini,” ungkapnya. Mantan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Undikha ini menyebutkan Indonesia terdiri dari berbagai suku. Perbedaaan tersebut harus dijadikan sebuah kebanggan dan harus selalu didukung sikap harmoni, yang selalu digaungkan oleh Undiksha. “Harmoni untuk Indonesia. Undiksha komitmen untuk menciptakan hal seperti itu,” katanya.
Program tahun ini diikuti 12 mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Negeri Manado, yang seluruhnya berstatus LPTK. Seleksinya dilakukan secara ketat, termasuk di Undiksha. Mulai dari administrasi maupun wawancara. Hal tersebut juga didukung oleh prestasi mahasiswa maupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan tidak pernah terkena sanski akademik. (hms)