Diare adalah kondisi yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami peningkatan aktivitas buang air besar setidaknya tiga kali dalam sehari dengan tekstur feses yang lembek. Diare menjadi salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada anak balita yang dikenal sebagai penyakit terbanyak kedua penyebab kematian setelah pneumonia. Kasus diare terjadi akibat infeksi bakteri, virus, hingga parasit yang mengganggu sistem pencernaan. Salah satu parasit penyebab diare dengan kejadian terbanyak disebabkan oleh Blastocystis hominis. Diagnosis infeksi Blastocystis hominis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis dengan metode kultur sampai saat ini telah dilakukan dengan memodifikasi larutan stok menggunakan berbagai serum, salah satunya yaitu menggunakan serum kuda (horse serum). Namun, metode ini dirasa masih kurang efektif dikarenakan masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu memiliki harga yang cukup tinggi, sulit didapatkan, dan dapat merusak sel sehingga tidak baik digunakan dalam menumbuhkan sel.
Dengan adanya permasalahan tersebut, tim PKM-RE Undiksha yang terdiri atas Kadek Edy Sukarma (Kedokteran), Putu Sathiya Adi Janendra (Kedokteran), Kadek Intan Arta Sarita (Kedokteran), Kadek Indira Maheswari (Kedokteran), dan Sang Nyoman Putra Darma (Pendidikan Biologi) dibawah bimbingan dr. Made Bayu Permasutha, S.Ked., M.Biomed membuat suatu inovasi yang berjudul “Potensi Fetal Bovine Serum dalam Modifikasi Medium Kultur Jones Sebagai Modalitas Uji Diagnosis Blastocystis hominis”. Inovasi ini bertujuan untuk menentukan metode terbaik dalam mendeteksi Blastocystis hominis menggunakan fetal bovine serum dalam modifikasi medium kultur Jones saat pemeriksaan mikroskopis pada feses pasien yang menderita diare sehingga dapat mengetahui penyebab dan penatalaksanaan yang tepat pada kasus tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan dari Juli sampai Oktober 2023 yang dimulai dari perancangan dan pelaksanaan penelitian hingga proses kultur serta pemeriksaan mikroskopis pada feses pasien yang mengalami diare. Secara klinis berdasarkan hasil uji deteksi, uji morfologi, dan uji diagnosis, pemanfaatan fetal bovine serum dalam modifikasi medium kultur Jones sudah efektif dilakukan karena dapat memperlihatkan pertumbuhan Blastocystis hominis yang optimal pada beberapa konsentrasi perlakuan serta memiliki nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang sangat baik. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat memberikan dampak dan sumbangsih yang positif pada keberlangsungan riset ke depan khususnya pada metode diagnosis suatu penyakit sehingga diperoleh hasil yang akurat dan penatalaksanaan yang tepat pada pasien. (rls)