KEHIDUPAN kita di era modern ini telah bersandingan dengan pesatnya penggunaan media sosial. Melalui berbagai platform, berbagai hal dan momentum dengan mudah terpublikasikan hanya dengan sentuhan jari dan bisa dari berbagai tempat. Hanya bermodalkan hanphone, itu benar-benar sangat mudah.
Media sosial juga menambah warna interaksi manusia, dari yang hanya di dunia nyata bertambah menjadi dunia maya. Dengan demikian, orang yang jauh menjadi dekat. Dalam perkembangannya, media sosial juga telah menjadi media promosi yang begitu cepat dan memiliki jangkauan luas.
Dibalik kemudahan yang ditawarkan, ada sisi gelap yang perlu diwaspadai, terutama terkait dengan dampak negatif terhadap kesehatan mental. Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha, Dewa Gede Firstia Wirabrata, M.Psi., Psikolog memberikan pandangan yang penting mengenai peran media sosial dalam kehidupan kita. Ia menyebut media sosial bagaikan pisau bermata dua. Selain memberikan manfaat, juga dapat menimbulkan dampak buruk, seperti stres, kecemasan, hingga depresi, terutama jika penggunaannya tidak bijak.
Salah satu fenomena yang banyak terjadi adalah “perbandingan sosial”. Banyak orang cenderung membandingkan kehidupannya dengan apa yang dilihat di media sosial, yang seringkali hanya menampilkan sisi positif dan glamor saja. Akibatnya, muncul rasa tidak puas dengan diri sendiri, yang pada akhirnya bisa menurunkan rasa percaya diri dan mengarah pada gangguan kesehatan mental.
Selain itu, fenomena bullying atau perundungan di media sosial juga semakin mengkhawatirkan. Dengan kemudahan akses informasi, banyak orang merasa bebas untuk mengeluarkan komentar negatif atau ujaran kebencian yang dapat memberikan dampak emosional yang sangat dalam bagi korban. Dampak negatif ini bisa berujung pada stres berlebihan, depresi, bahkan memicu pikiran untuk melakukan tindakan ekstrem seperti bunuh diri.
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan ini membagikan beberapa langkah untuk menghindari dampak negatif media sosial, seperti mencari hobi atau aktivitas yang menyenangkan, berolahraga, dan bertemu dengan teman-teman positif yang bisa mendukung kita untuk berkembang. Dengan cara ini, kita bisa meningkatkan rasa percaya diri dan tidak terjebak dalam perbandingan dengan orang lain.
Disamping itu, penting bagi kita untuk mengatur waktu penggunaan media sosial dengan bijak, selektif dalam memilih konten yang dikonsumsi, dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata.
Dengan pengelolaan yang tepat, media sosial bisa menjadi alat yang mendukung pertumbuhan pribadi, bukan malah menjadi sumber masalah. Mari kita gunakan media sosial dengan lebih cerdas, agar manfaatnya bisa maksimal tanpa mengorbankan kesehatan mental kita. (hms)