Singaraja – Pandemi Covid-19 mengubah banyak tatanan kehidupan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tatanan kehidupan baru pasca pandemi mengalami perubahan mulai dari segi ekonomi, budaya, sosial bermasyarakat hingga sistem pendidikan. Program PERMATA-SAKTI (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Sistem Alih kredit dengan Teknologi Informasi) yang biasanya memberikan kesempatan mahasiswa untuk sit-in di perguruan tinggi tujuan, kini dilakukan secara daring penuh. Namun, hal ini tidak serta merta mengurangi esensi program PERMATA yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai implementasi pelaksanaan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme 57 mahasiswa Undiksha peserta Program PERMATA-SAKTI yang tersebar di 23 perguruan tinggi tujuan.
Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa Undiksha merasakan pengalaman implementasi Merdeka Belajar, dimana mahasiswa tidak hanya berkesempatan menimba ilmu di luar program studi, tetapi juga pengalaman belajar di perguruan tinggi yang berbeda di seluruh Indonesia. Bahkan, dalam kesempatan ini, mahasiswa diijinkan untuk mengambil mata kuliah di luar program studinya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Luh Intan Purnama Dewi yang manyampaikan bahwa Program PERMATA-SAKTI ini dapat menambah pengalaman baru merasakan kuliah di perguruan tinggi lain. “Selain bertemu teman baru dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, saya merasakan situasi kuliah yang baru apalagi diajar oleh dosen-dosen dari luar Undiksha. Disamping itu, kami juga bisa saling berbagi informasi terkait system pembelajaran dengan peserta lainnya,” ujar mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nadia Aurelia Tasya Putu yang mengambil Program PERMATA-SAKTI di Universitas Lampung dan Universitas Singaperbangsa Karawang. Ia mengungkapkan bahwa banyak hal didapatkan melalui Program PERMATA-SAKTI ini. “Selain menambah pengalaman baru dengan belajar di kampus lain di Indonesia, saya juga mempelajari budaya di wilayah kampus tujuan melalui sesi kegiatan pertunjukan budaya,” ungkapnya pada Selasa (1/12/2020).
Namun, kendala yang dihadapi oleh seluruh mahasiswa PERMATA-SAKTI 2020 ini dirasakan mungkin oleh hampir seluruh peserta, yaitu kendala jaringan internet yang kurang baik. Seperti yang disampaikan oleh para peserta, bahwa beberapa sesi pembelajaran sampai harus dibatalkan karena kendala jaringan internet yang dialami oleh mahasiswa bahkan juga dosen pengajar itu sendiri.
Nadia mengungkapkan bahwa, dengan kendala yang dihadapi mahasiswa justru selalu mencoba mencari solusi bersama untuk tetap bisa mengikuti atupun mengerjakan tugas secara daring. “Syukurnya dosen-dosen pengajar juga pengertian ketika kami mengalami masalah jaringan. Kamipun berusaha semaksimal mungkin agar tetap bisa mengikuti perkuliahan dan mengumpulkan tugas tepat waktu,” tegasnya.
Ditanya terkait harapan keberlanjutan program ini, Nadia dan Intan sepakat tentang keberlanjutan program ini. “Semoga saja pandemi ini segera berakhir, sehingga peserta bisa ikut kuliah tatap muka di perguruan tinggi tujuan. Dan saya harap PERMATA-SAKTI ini dapat terus berlanjut dan bisa menjadi program yang dapat memotivasi mahasiswa untuk terus menggali ilmu, baik di bidangnya maupun di rumpun ilmu yang lain,” tutup Intan. (adm)