Singaraja- Perkembangan era digital telah mendorong kemudahan publikasi dan akses beragam informasi. Informasi tersebut perlu disikapi kritis oleh masyarakat, khususnya generasi milenial agar terhindar dari hal negatif. Demikian ditekankan dalam kegiatan Literasi Media yang dilaksanakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali berkolaborasi dengan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Jumat (14/4/2023).
Literasi digital ini mengusung tema “Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa Televisi dan Radio di Bali di Era Media Digital”. Kegiatan yang diikuti oleh praktisi televisi dan radio, serta mahasiswa Undiksha menghadirkan narasumber, Ketua KPID Bali, I Gede Agus Astapa, M.M dan Ketua Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Undiksha, Dr. I Wayan Artika, M.Hum.
Dikonfirmasi usai kegiatan, Agus Astapa menyampaikan literasi digital sangat perlu untuk terus digalakkan dalam rangka meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam mengelola informasi. Jangan sampai informasi yang diterima langsung dicerna begitu saja tanpa ada penyaringan sebelum dibagikan kembali kepada sejumlah orang. Hal demikian akan berpotensi menimbulkan dampak tidak baik. “Jadi dengan literasi ini kita berharap mereka (masyarakat, red) akan semakin cerdas memilah dan memilih informasi yang sifatnya edukatif, hiburan, sekaligus juga sebagai kontrol perangkat sosial. Itu yang menjadi tantangan kita semua,” katanya.
Pria asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini juga menyinggung terkait ketertarikan generasi milenial untuk menonton televisi dan mendengarkan radio. Hal tersebut menjadi salah satu tantangan yang dihadapi lembaga penyiaran di Bali. Ia menekankan, media televisi dan radio yang sifatnya konvensional tetap memiliki peran yang sangat penting sebagai verifikator informasi. “Jadi orang pasti akan berpikir bagaimana nanti informasi di media sosial ketika diyakini tidak benar, bisa dkontrol atau diverifikasi ke TV atau radio kebenarannya. Itu artinya tanggungjawab dan menjadi peluang yang sangat besar bagi TV dan radio, bahwa masih sangat disukai oleh masyarakat dan diyakini kepercayaannya,” ungkapnya.
Meski demikian perkembangan media digital ini dapat dijadikan sebagai refleksi oleh lembaga penyiaran dalam rangka menjaga eksistensinya di masyarakat. Televisi dan radio diharapkan dapat melakukan konvergensi maupun berinovasi. “Untuk itu harus bersinergi mengadaptasi kemajuan teknologi. Kalau tidak akan semakin dtinggalkan dan itu yang selalu kita tanamkan kepada lembaga penyiaran, khususnya TV dan radio,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Dekan III FBS Undiksha, Dr. I Nyoman Sila, M.Hum yang mewakili Dekan membuka kegiatan menyatakan sangat mendukung gerakan literasi media ini. Menurutnya, di era akses informasi yang sangat mudah ini, penguatan pemahaman dan peningkatan sikap kritis masyarakat, khususnya mahasiswa sangat penting. “Ini sangat penting bagi generasi muda yang sering bermain di media sosial, sehingga hal yang dipublikasikan tidak mengandung hal-hal negatif, seperti SARA, memecah belah persatuan maupun yang terkait dengan pornografi. Sehingga dari literasi ini mereka bisa belajar yang mana layak disampaikan,” ujarnya.
Disampaikan lebih lanjut, dalam bidang akademik, mahasiswa juga belajar merancang media, baik media visual maupun media digital. Oleh karena itu, sangat penting untuk diberikan pemahaman terkait karya-karya yang edukatif. (hms)