Singaraja– Eksistensi bahasa, sastra, dan aksara Bali kini dihadapkan dengan tantangan. Tantangan tersebut datang dari berbagai lini, mulai dari pengaruh globalisasi dan dari masyarakat penuturnya sendiri. Kondisi ini menjadi perhatian Jurusan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (JBSID) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Upaya pelestarian pun dilakukan, salah satunya melalui penyelenggaraan Festival Bahasa dan Sastra serta Lomba Nyurat Lontar. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat, dan Alumni Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd, Senin (17/10/2022).
Lomba nyurat lontar yang memperebutkan piala bergilir Rektor Undiksha ini diikuti puluhan peserta yang berasal dari SMA/SMK se-Bali. Peserta tersebut menyalin aksara latin yang telah disiapkan secara khusus oleh panitia pelaksana. Dalam hal ini, penilaian tidak hanya dilakukan pada karakter sasuratan lontar, tetapi juga kesesuain terhadap uger-uger pasang aksara Bali. Hal ini sangat memerlukan ketelitian dan kesabaran.
Di sela kegiatan tersebut, Ketua Jurusan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Undiksha, Dr. I Wayan Artika, S.Pd.,M.Hum., menyampaikan lomba ini untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa Undiksha melalui jurusan turut ambil bagian secara akademik dalam tanggung jawab keilmuan terhadap kekayaan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Ia berharap acara ini dapat menumbuhkan kesadaran dan sikap positif dari masyarakat terhadap warisan kebudayaan. “Pertama kita harus membentuk sikap terhadap bahasa, sastra, dan aksara daerah. Kalau sikap kita sudah bagus, positif akan sangat mudah bagi kita untuk melakukan pelestarian bahasa, sastra daerah,” ujarnya.
Sebagai akademisi, ketua jurusan yang aktif bergelut di dunia literasi ini melihat bahasa, sastra, dan aksara Bali masih dihadapkan dengan persoalan. Masyarakat etnis Bali yang diharapkan menjadi pemertahan sudah berkembang menjadi masyarakat bilingual bahkan multilingual. Realitas tersebut menjadikan dalam berkomunikasi tidak harus menggunakan bahasa Bali. “Itu adalah permasalahan makro bahasa Bali. Karena orang Bali sudah memiliki pilihan bahasa, tidak hanya bahasa Bali tapi ada bahasa Indonesia dan bahasa asing. Jadi mereka tidak harus berbahasa Bali, tetapi sudah berbahasa ibu bahasa Indonesia. Itu yang tidak bisa kita abaikan,” katanya.
Wakil Rektor Undiksha, Prof. Suastra didampingi Dekan FBS Undiksha, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., beserta jajarannya memberikan apresiasi atas pelaksanaan acara ini karena dapat memberikan ruang untuk berkreatifitas dan mengembangkan potensi pada mahasiswa maupun siswa. “Kami dari lembaga tentu memberikan apresiasi karena disini memberikan ruang sebagai ajang untuk berkreatifitas karena itu sangat dibutuhkan bagi kompetensi anak-anak, agar mengembangkan potensinya untuk mengisi diri, menampilkan apa yang mereka miliki sehingga tahu apa kompetensi dirinya,” ungkapnya.
Selain lomba nyurat lontar, Festival Bahasa dan Sastra ini diisi dengan lomba cipta dan baca puisi serta pagelaran seni budaya. (hms)