Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang bertujuan untuk memahami dasar-dasar alam semesta, termasuk sifat-sifat materi, energi, gerakan, keadaan fisik, dan prinsip-prinsip dasar yang mengatur segala sesuatu di sekitar kita. Fisika memiliki hubungan dengan etnosains dan etnoteknologi. Seperti apakah itu?
Hubungan fisika dengan etnosains dan etnologi dibahas dalam Kuliah Umum Eurasia Foundation yang berkolaborasi dengan Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha series #8, Kamis (2/5/2024). Topik ini dibawakan oleh Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, S.Si, akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dalam penjelasannya, etnosains merujuk pada kajian dan penggunaan metode ilmiah yang berbasis pada pengetahuan tradisional dan budaya suatu kelompok etnis atau masyarakat tertentu. Etnosains menggabungkan unsur-unsur kearifan lokal, kepercayaan, dan praktik tradisional dengan pendekatan ilmiah modern. Tujuan utama etnosains adalah memahami dan merespon tantangan kontemporer dengan memadukan kearifan lokal dengan pengetahuan dan metode ilmiah yang diterima secara umum.
Studi fisika dalam pengetahuan tradisional salah satunya ditemukan pada suku Dayak. Berbagai pengetahuan dari kehidupan tradisional suku ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana konsep-konsep fisika terintegrasi dalam praktik sehari-hari dan kepercayaan budaya mereka. Seperti studi kasus tentang pengetahuan astronomi. Suku Dayak dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang bintang-bintang dan pola-pola bintang di langit. Konsep fisika terkait dengan pergerakan benda langit, seperti rotasi Bumi, peredaran bulan, dan perubahan musim, terintegrasi dalam kalender dan sistem navigasi tradisional mereka. Selain itu, dalam pertunjukan seni tradisional. Tarian dan pertunjukan seni tradisional suku Dayak seringkali memanfaatkan prinsip-prinsip fisika dalam gerakan, ritme, dan penggunaan alat musik tradisional. Konsep fisika, seperti gravitasi dan kekuatan, dapat terlihat dalam gerakan dan suara yang dihasilkan.
Di sisi lain, etnoteknologi melibatkan penelitian terhadap berbagai teknologi tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu komunitas. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana teknologi tersebut dibuat, digunakan, dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh kelompok tertentu.
Etnoteknologi merupakan bidang yang menarik yang menggabungkan aspek-aspek kebudayaan dengan teknologi, menciptakan ruang di mana kebijakan lokal dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan melestarikan warisan budaya. Teknologi tradisional sering kali melibatkan konsep-konsep fisika dalam pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaannya, seperti turbine air. Di beberapa masyarakat tradisional, terutama di daerah pedesaan, terdapat teknologi turbin air yang dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik sederhana. Turbine air menggunakan prinsip konversi energi kinetik air menjadi energi mekanis yang dapat digunakan untuk menggerakkan mesin atau generator. Ada pula molen (alat penggiling tradisional) yang digunakan untuk menggiling biji-bijian, biasanya dioperasikan dengan tangan atau kaki. Prinsip fisika yang terlibat termasuk konversi energi mekanik (dari gerakan tangan atau kaki) menjadi energi kinetik yang memutar batu penggiling. Selain dua teknologi tradisional tersebut, masih ada berbagai teknologi tradisional lainnya yang terdapat prinsip-prinsip fisika.
Dengan memahami keterkaitan antara fisika, budaya, dan teknologi, menurut Prof. Yudi Darma, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih berdaya, berkelanjutan, dan menghargai keanekaragaman budaya serta kontribusi setiap elemen dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. (hms)