Kuliah umum etnosains di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada 14 Maret 2025 turut menghadirkan narasumber dari Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar, Prof. Dr. I Nyoman Yoga Segara, S. Ag., M.Hum. Pada seminar yang merupakan kolaborasi Eurasia Foundation dan Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Undiksha ini, ia mengangkat topik menarik tentang “Ethnoscience and Local Wisdom Studies as Learning Resources in Schools”. Kuliah ini mengungkapkan betapa pentingnya pemahaman tentang etnosains dan kearifan lokal sebagai sumber pembelajaran yang kaya akan pengetahuan dan nilai-nilai budaya.
Indonesia dikenal dengan kekayaan budaya dan alamnya yang luar biasa. Prof. Yoga Segara mengungkapkan beberapa fakta tentang keberagaman Indonesia yang patut dibanggakan. Indonesia memiliki enam agama mayoritas yang dapat dipeluk oleh masyarakatnya, agama-agama asli yang berkembang di setiap daerah, 187 aliran kepercayaan, 652 bahasa daerah, 1.340 suku bangsa, dan 17.380 pulau. Keanekaragaman ini bukan hanya memberikan warna dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadikan negara ini objek kajian yang menarik bagi peneliti asing.
Banyak peneliti asing yang datang untuk menggali wawasan tentang etnosains dan kearifan lokal Indonesia, yang mencakup bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan kearifan mereka untuk bertahan hidup dan berkembang. Kearifan lokal dan etnosains memiliki hubungan yang erat. Keduanya berfokus pada pemahaman tentang bagaimana masyarakat tertentu menggunakan pengetahuan tradisional dan kebijaksanaan mereka dalam mengelola kehidupan sehari-hari, dari pertanian hingga ramuan obat.
Dalam eksistensinya, etnosains terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu, seperti etnofarmakologi, etnometeorologi, etnogeografi, hingga etnologi atau antropologi budaya. Semua cabang etnosains ini mempelajari bagaimana masyarakat memahami dan berinteraksi dengan alam serta sumber daya yang ada di sekitar mereka.
Prof. Nyoman Yoga Segara mengemukakan bahwa untuk membangun dan melestarikan kearifan lokal, ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan. Pertama, mendengarkan, mengamati, dan merasakan untuk bisa mulai memahami nilai-nilai yang ada di dalam budaya. Kedua, menanggapi, ambil bagian, dan tumbuh yang dapat dilakukan dengan cara terlibat dalam aktivitas budaya, merayakan tradisi, dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Ketiga, menyesuaikan, berbagi, dan mengalami agar budaya tetap hidup dan relevan. Keempat, menikmati dan merayakan untuk menjaga agar budaya tetap hidup dan dinamis.
Untuk mencapai hal-hal tersebut, masyarakat harus melek budaya dan peka terhadap perkembangan adat dan kebudayaan di daerah masing-masing. Prof. Yoga Segara menyarankan beberapa cara untuk mendekati kebudayaan dalam suatu daerah, antara lain melalui kajian atau penelitian mendalam, studi literatur, dokumentasi, serta bergabung dengan komunitas atau organisasi yang peduli dengan pelestarian budaya.
Ditekankan pula, pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan tidak hanya berkaitan dengan pelestarian budaya, tetapi juga sebagai sumber pembelajaran yang kaya bagi siswa di sekolah. Dengan memahami dan mengintegrasikan kearifan lokal dalam kurikulum pendidikan, generasi muda akan lebih sadar dan bangga akan identitas budayanya. Ini menjadi langkah besar dalam menjaga keberagaman Indonesia dan mendorong masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang dimiliki. (hms)