Singaraja- Era Revolusi 4.0 saat ini menuntut generasi muda untuk kreatif, memiliki daya saing dan mampu membuka lapangan pekerjaan. Hal ini perlu disadari karena saat ini jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, perguruan tinggi memiliki peranan untuk mendorong pertumbuhan kewirausahaan melalui program kewirausahaan, baik Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) maupun Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM).
Ni Luh Intan Hadriyani, mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha adalah salah satu generasi muda yang tergerak untuk berwirausaha. Langkahnya itu semakin dimantapkan ketika mendapatkan mata kuliah kewirausahaan di Prodi Akuntansi (S1). Intan, sapaan akrabnya yang kini menginjak semester 8 menuturkan jika dirinya sudah tertarik berwirausaha sejak semester awal, hanya saja saat itu masih ragu-ragu. “Setelah mendapatkan mata kuliah kewirausahaan saya menjadi kembali bersemangat dan memutuskan untuk membuat usaha kue,” katanya, Jumat (23/7/2021).
Usahanya itu diberi nama Lucky Land (@_luckyland). Usaha yang dijalankan bersama dengan seorang temannya, Ketut Sri Meshi Asvini diakuinya bermula dari hobi memasak, khususnya membuat kue. Kolaborasi dengan orang lain untuk membangun usaha menurutnya sangat penting untuk bertukar pikiran. Saling memberikan masukan maupun ide-ide kreatif yang mampu semakin mencerahkan usahanya. “Usaha ini saja jalanin bareng dengan teman yang sudah saya anggap seperti saudara untuk tukar pikiran. Sampai promosi kami lakukan berdua,” ucap mahasiswi kelahiran 1999 ini.
Berbekal modal awal Rp. 500.000, usaha yang mulai di rintis sejak dua tahun lalu itu menunjukkan hasil positif. Hal itu ditunjukkan dengan omset yang didapatkan setiap bulannya kisaran Rp 4 juta sampai Rp 5 juta, tergantung dengan jumlah pesanan. Selama menjalankan usahanya, mahasiswi asal Desa Tinggarsari, Kecamatan Busungbiu, Buleleng tidak memungkiri menemui sebuah tantangan. Ia harus semaksimal mungkin dapat menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan hati para konsumen. “Saya belajar secara otodidak untuk membuat kue. Kesulitan yang pernah saya alami saat menjalankan usaha ini adalah manajemen waktu ketika harus melakukan perbaikan terhadap kue pesanan yang gagal,” kenangnya.
Berkecimpung dalam dunia usaha, kata Intan tidak sampai mengganggu perkuliahannya. Yang ada justru ia mendapat pengalaman dalam manajemen waktu. “Usaha saya ini tidak mengganggu kuliah, karena bagaimanapun saya tetap mengutamakan kuliah dan skripsi, tergantung sekarang bagaimana saya harus memanajemen waktu dengan baik dan usaha ini seperti sampingan karena sistem yang saya gunakan adalah pembuatan berdasarkan pemesanan,” terangnya.
Selain urusan produksi, mahasiswa kelahiran 21 Maret ini, melalui usahanya juga belajar dunia marketing atau pemasaran. Ia yang masuk sebagai generasi milenial, memanfaatkan teknologi informasi untuk promosi penjualan produk. “Promosi online dan menggunakan sistem PO,” katanya.
Bagi dirinya, sebagai wirausaha di usia muda adalah hal yang sangat luar biasa karena dituntut untuk bisa berkreatifitas dan tanggap terhadap peluang untuk dikembangkan ke depannya. “Dari wirausaha ini kita belajar banyak hal,” imbuhnya. Usahanya ini akan terus dikembangkan dan terus berinovasi agar tidak kalah dengan usaha-usaha sejenis lainnya. (hms)