PERKEMBANGAN teknologi yang semakin canggih menuntut generasi muda untuk lebih kreatif. Belum lagi pemerintah Indonesia saat ini mendorong agar generasi muda mau berwirausaha, khususnya di kalangan mahasiswa.
Universitas Pendidikan Ganesha sangat mendukung program pemerintah tersebut. Edukasi yang digawangi oleh Pusat Karir dan Kewirausahaan Mahasiswa tentang kewirausahaan terus digalakkan kepada mahasiswa melalui seminar dengan menghadirkan narasumber yang kompeten. Salah satu mahasiswa Undiksha yang sudah berani terjun sebagai wirausaha muda adalah Ni Putu Narithya Julieta. Mahasiswa Prodi Kedokteran ini memiliki usaha bidang busana, yang bernama Jegeg Kebaya.
Kecintaanya di bidang fashion sejak dini dan sering mengikuti lomba modeling serta juga sempat menjadi Runner Up I Jegeg Buleleng di tahun 2016 menjadi awal munculnya ketertarikan untuk menekuni usaha ini. “Jadi dari SMP ibu sering mendukung saya untuk ikut lomba-lomba modeling dan dilanjutkan SMA saya menjadi Runner Up 1 Jegeg Buleleng tahun 2016. Sering mengikuti kegiatan berbau fashion dan budaya. Itu membuat saya tertarik untuk menekuni bidang ini lebih dalam,” ujarnya.
Alasan lainnya adalah karena ketika akan graduation di SMA, gadis asli Singaraja ini kesulitan menemukan tempat yang pas sesuai dengan seleranya. “Jadi usaha ini saya mulai saat saya akan graduation di SMA, saat itu graduation menggunakan kebaya modifikasi. Di Singaraja saya belum menemukan tempat yang pas sesuai selera. Mau sewa ke Denpasar juga harganya mahal. Jadi sekalian saja saya buat usaha sewa kebaya dengan harga yang tetap bersahabat,” sambung mahasiswa kelahiran 2000 ini.
Meskipun Thya, sapaan akrabnya masih duduk di semester 6, usaha ini tetap ditekuni dengan serius. Usaha ini juga sekaligus sebagai selingan, menghindari rasa bosan dan jenuh belajar. Dari usaha ini, dirinya sekaligus bisa belajar untuk mengatur waktu. Bermodalkan promosi melalui media sosial, usaha yang ditekuni secara otodidak ini telah mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah, terlebih saat musim kelulusan tiba. Hal tersebut menjadi penyemangat untuk terus menekuni dan terus berinovasi. “Keuntungannya tidak tentu. Saya rasa untuk semua usaha tidak memiliki nominal keuntungan yang mutlak. Apalagi usaha saya musiman,” tutur mahasiswa yang berulang tahun 20 Juli ini.
Thya menyadari jika dalam berbisnis tentu akan ada kesulitan yang dihadapi. Kesulitan terbesar adalah ketika mencari partner yang pas di hati dan memiliki visi misi serta pandangan yang sama untuk melayani pelanggan sepenuh hati “Karena usaha saya tidak hanya barang, tapi juga jasa sehingga kepuasan pelanggan adalah yang utama,” ujarnya. Selain itu banyaknya usaha sejenis menjadi tantangan tersendiri baginya untuk bisa memberikan branding dan kepercayaan konsumen dengan inovasi yang baru. “Karena yang mempengaruhi seseorang untuk datang ke kita itu ada banyak. Saya terus mencari ide dan berinovasi,” lanjutnya.
Ketekunan Thya dalam mengembangkan usahanya ini tentu tidak akan berhenti sampai di sini, Keinginan untuk mengembangkan usahanya masih cukup besar. “Tentu akan di lebarkan dan dikembangkan. Semoga kedepannya ada kesempatan dan di beri jalan untuk kesana,” ungkapnya. Melalui usaha ini, kata anak sulung ini sebagai penanda bahwa sudah bukan saatnya lagi generasi muda sekedar mencari pekerjaan, tetapi akan lebih baik jika mampu membuka lapangan pekerjaan “Lowongan pekerjaan sekarang sangat terbatas apalagi saat pandemi. Sehingga memang lebih baik kita berwirausaha. Jangan takut mencoba karena semua hal punya resikonya sendiri,” imbuhnya. (hms)