Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama Universitas Pendidikan Ganesha, Bali, menggelar Forum Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) se-Indonesia di Pulau Bali, guna membahas kualitas pendidikan ke depan lebih maju dan kreatif.
“Kami mengapresiasi kepada Undiksha Bali karena menjadi tuan rumah Forum FBS se-Indonesia dan dalam pembahasan ini para lulusan dapat memanfaatkan ilmunya untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat maupun bangsanya,” kata Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Prof Intan Achmad, di Denpasar, Jumat.
Dalam acara yang mengangkat tema “Inovasi Pengelolaan Fakultas Bahasa dan Seni Indonesia” itu, Intan Achmad menekankan kepada perguruan tinggi di seluruh Indonesia agar menyampaikan kepada mahasiswanya agar tidak pandai secara akademik, namun dapat kreatif membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial di masyatakat.
Oleh karena itu, melalui forum ini para dosen di masing-masing perguruan tinggi juga ikut mencarikan solusi bagaimana permasalahan sosial yang terjadi selama ini. “Di era saat ini, masalah sosial tidak dapat diselesaikan dengan hanya menghasilkan inovasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, melihat juga dari sisi kemanusiannya,” katanya.
Oleh karenanya, kajian yang harus dilakukan Fakultas Bahasa dan Seni se-Indonesia juga harus memberikan kontribusi dalam penanganan masalah sosial masyatakat, sehingga di Kemenristekdikti saat ini sedang mengembangkan program “general education”, agar lulusan nanti pandai berbahasa dengan baik, memahami bagaimana berinteraksi sosial dengan orang lain.
“Agar ini dapat terwujud, maka kampus-kampus yang ada di Indonesia hendaknya membuat ekstrakulikuler kemahasiswaan untuk diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan, Wakil Rektor 1 Undiksha, Prof Dr I.B Aryana mengatakan, forum Fakultas Bahasa dan Seni se-Indonesia sangat penting karena banyak hal yang dapat digali untuk meningkatkan mutu lulusan fakultas tersebut sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat dan bersaing untuk mengisi lowongan kerja.
“Khususnya pada 12 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) juga ingin menghasilkan guru profesional dan tentunya dapat mengikuti PPG. Melalui forum inilah bagaimana meningkatkan kualitas para dosen sehingga bisa berhasil mendidik para generasi muda,” katanya.
Ia mengatakan, ke depan dosen-dosen yang akan mengikuti PPG adalah guru yang memiliki sertifikasi, hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang dan bukan hanya alumni LPTK. Jadi alumni murni juga dapat ikut bersaing untuk hal ini.
“Untuk itu bagaimana berjuang bersama untuk meningkatkan kualitas para dosen. Pihaknya mengharapkan khusus untuk penjaringan peserta PPG ini harus sesuai komponen pedagogiknya. Hal ini dilakukan agar alumni LPTK ini diberikan peluang lebih menjadi dosen atau guru,” ujarnya.
Oleh karenanya, melalui forum ini diharapkan dapat diperjuangkan untuk komponen pedagogiknya atau ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru, sehingga alumni LPTK ini berpeluang besar ikut PPG ini. “Apabila mereka tidak diberikan kesempatan, maka mereka tidak dapat mengerjakan hal lain, karena keahlian mereka dibidang mengajar saja,” ujarnya.
Selain dalam forum ini, juga membahas bagaimana menghasilkan kualitas kurikulum yang baik dan ke depannya bekerja sama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. “Kami juga mengharapkan bagaimana kerjasama dibidang penelitian dan publikasi sangat penting untuk pendidikan lebih baik ke depannya,” katanya.
Sementara itu, ketua Panitia Acara, Prof Dr Ni Nyoman Padmadewi menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun berbagai pengajar untuk memberikan sedikit solusi dan pikiran maupun pengalaman untuk menghasilkan suatu inovasi yang mampu mengembangkan pendidikan lebih baik.
“Saya mengharapan forum ini dapat berjalan dengam lancar sesuai dengan harapan kita bersama yang berlangsung selama tiga hari (29 September hingga 1 Oktober 2017),” ujarnya. (WDY)
Editor: I Gusti Bagus Widyantara
Sumber : AntaraBali.com