Desa Batur Selatan, Kabupaten Bangli sangat kaya akan potensi pertanian kopinya. Akan tetapi, produk kopi yang seharusnya menjadi sumber penghasilan petani belum terkelola maksimal. Dalam pemasaran, petani masih terpaku pada pengepul sehingga mengakibatkan penjualan kopi belum mampu memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan ekonomi masyarakat.
Persoalan tersebut menjadi perhatian mahasiswa Undiksha. Tim terdiri atas Ni Made Ariyani Kumala Sari, Sahda Nabila Pramesti, Ni Kadek Sintya Dewi dari Jurusan Matematika mencoba memberikan solusi melalui program innovillage. Tim yang bernama ASASI Melali ini mengagas pembuatan aplikasi digital “BaturCoffee”. Aplikasi ini dirancang untuk membantu masyarakat Desa Batur Selatan dalam mengembangkan potensi perkebunan kopi desanya, yaitu dengan pemasaran dan penjualan kopi khas Batur Selatan. Selain itu juga untuk mendukung dibukanya obyek pariwisata baru pada perkebunan kopi. “Melalui ini, kami juga ingin membantu mempercepat tujuan SDGs pada pertumbuhan pariwisata desa Batur Selatan,” ungkap Ketua Tim, Kumala Sari, Selasa (13/12/2022).
Dijelaskan lebih lanjut, aplikasi BaturCoffee difokuskan pada empat fitur utama, diantaranya coffee experience yang bertujuan untuk pengguna seolah-olah berada di kebun kopi Desa Batur Selatan dan pengguna dapat mengakses produk-produk kopi. Fitur my coffee, berguna untuk memperkenalkan jenis-jenis kopi sesuai dengan citarasa yang dimiliki oleh Desa Batur Selatan. Fitur coffee shop, berfungsi untuk memperkenalkan produk buah kopi dan olahan kopi yang dijual oleh masyarakat Desa Batur Selatan.
Fitur terakhir, coffee pay berfungsi untuk memberikan layanan transaksi online pada aplikasi dan transaksi offline secara langsung dengan penjual.
Selain empat fitur utama, akan terdapat beberapa fitur lainnya yang memudahkan untuk mengeksploasi lebih jauh mengenai potensi kopi yang dimiliki Desa Batur Selatan. “Proyek sosial ini sangat sesuai dengan tujuan SDGs yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Proses perancangan untuk memvisualisasikan atau mendokumentasikan pembangunan sistem akan dilakukan menggunakan Unified Modelling Language (UML) yang meliputi use case diagram, activity diagram, class diagram, dan struktur menu,” jelasnya.
Tantangan dalam membuat inovasi ini adalah dalam pembuatan aplikasi karena dibutuhkan SDM yang benar-benar ahli. Aplikasinya juga harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat di Desa Batur Selatan. “Selain itu, lokasi mitra yang jauh dengan Undiksha menjadi kendala kami dalam menjalankan inovasi ini karena harus disesuaikan dengan jadwal perkuliahan,” tutur Kumala Sari.
Di bawah bimbingan dosen I Putu Pasek Suryawan, S.Pd., M.Pd., tantangan tersebut dapat dilalui. Kerja keras yang dilakukannya terbayarkan dengan keberhasilan rancangan inovatif ini masuk final pada program innovillage tahun 2022.
“Final akan dilaksanakan pada 14 Desember 2022 dengan presentasi oleh tim pelaksana secara online,” terangnya.
Diakui, peserta Innovillage tahun 2022 ini sangat kompeten, ditunjukkan dari ide dan hasil inovasi yang dibuat. “Tetapi hal itu tidak menjadikan tim kami pesimis karena tim kami juga secara maksimal akan mempersiapkan diri dalam final,” pungkasnya. (rls/hms)