Menyandang status sebagai mahasiswa, tak harus selamanya berkutat untuk menghasikan sebuah karya sesuai jurusan. Namun juga bisa yang lain. Seperti halnya Jaswanto. Seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Undiksha. Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas kuliah, mampu melahirkan novel. Sebuah karya yang biasanya identik lahir dari orang jurusan sastra atau bahasa.
Sejak 2017, sudah ada tiga novel yang “terlahir” dari pemikirannya. Pertama, berjudul “Munajat Hati”. Kedua,”Cangkruk Dukun Karangbinangun: Sebuah Novel melawan Patriarki”, dan ketiga, “Hidup Adalah Komedi Bagi Orang Yang Mau Berfikir”. Karyanya itu pun cukup diminati oleh pembaca, terutama kalangan mahasiswa.
Karyanya itu memang sudah menjadi bacaan banyak orang. Namun mahasiswa kelahiran Tuban, Jawa Timur ini mengaku sempat ragu akan hal itu. Kegelisahan masih menyelimuti. Bahkan ada rasa pesimis untuk bisa diterbitkan. “Tapi saya tetap berusaha untuk berkarya dan menuangkan pemikiran-pemikiran. Sampai bisa diterbitkan,” ungkapnya.
Dalam melahirkan karya terbaik, Jaswanto memegang prinsip jangan berhenti berproses dan jangan takut untuk menjadi yang berbeda. Baginya, jurusan bukan sebuah batasan untuk mahasiswa berkarya. Jika bermanfaat untuk diri dan orang lain, menurutnya harus dilakukan. Tepis keraguan yang membelenggu. Begitu juga halnya dalam menulis. Ia menilai adalah sebuah kebebasan yang dimiliki setiap individu. Tanpa ada larangan, tanpa ada paksaan dan batasan. Melalui tulisan, menurutnya juga bisa dikenal banyak orang. “Dengan menulis saya merasa bebas berimajinasi misalnya. Jadi dengan menulis saya seperti punya dunia sendiri,” imbuhnya. (Dziky)