Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Universitas Pendidikan Genesha (Undiksha) menyelenggarakan seminar nasional, Jumat (28/12/2018). Acara tahunan ini menghadirkan narasumber pengacara, Dr. Hotman Paris Hutapea, S.H.,M.Hum. Pengacara kondang ini berbagai trik “How to be an international lawyer”, sesuai dengan tema yang diusung. Menurutnya, perlu persiapan yang matang untuk mewujudkan itu. “Jangan mimpi menjadi pengacara internasional kalau tidak mau bekerja keras di tempat yang benar,” ungkapnya dihadapan ratusan peserta dari berbagai kalangan.
Pengacara kelahiran Tapanuli, Sumatera Utara 1959 ini menyampaikan menjadi pengacara internasional, tempat belajar atau magang harus benar-benar dipikirkan. Direkomendasikan untuk berlabuh di Jakarta. Sebab, di kota megapolitan itu menjadi lahan sebagai besar perkara bisnis. Tak kalah penting juga, harus pernah bekerja pada kantor-kantor “raksasa” minimum lima tahun. “Jadi hidup adalah pilihan. Tidak ada yang bisa menjadi pengacara interasional kalau belum pernah jam kerja sebagai anak buah minimum lima tahun pada kantor raksasa-raksasa di Indonesia. Kalau hanya di daerah, hanya perkara-perkara bersifat kedaerahan, jadi gak mungkin internasional. Karena hampir semua kantor perusahaan-perusahaan ada di Jakarta. 70 persen uang negara ini di Jakarta juga. Dan yang berhubungan dengan luar negeri juga di Jakarta. Jadi memang harus (magang-red) di Jakarta. Tiak ada pilihan lain,” sebutnya.
Disampaikan lebih lanjut, perlu jangka waktu lama untuk mewujudkan itu. Tak hanya cukup berbekal pengetahuan bidang hukum yang didapatkan di bangku kuliah. Tetapi juga harus membangun jaringan kerja dan membina klien. “Yang di kuliah itu cuma lima persen. Jadi kalau mau benar-benar menjadi lawyer yang lengkap, harus memiliki jam terbang tinggi di ibu kota. Tidak ada pilihan lain. Anda harus dipaksa mengerti internasional, dipaksa mengerti cara berpikir bule-bule, dipaksa untuk bisa berbahasa Inggris,” imbuh pengacara tiga anak ini.
Sementara itu, Wakil Rektor II Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd.,mengaku sangat merekomendasikan kegiatan mahasiswa tersebut, terlebih menghadirkan narasumber terkenal di bidang hukum. “Apalagi dengan menghadirkan narasumber sekelas Hotman Paris. Itu sesuatu yang luar biasa untuk Undiksha. Menghadirkannya bukan perkara mudah dengan berbagai kesibukannya. Beliau adalah populer, internasonal lawyer,” katanya.
Kegiatan ini, sambungnya juga sebagai media promosi lembaga, mengenalkan Undiksha di tengah masyarakat serta menghapus stigma yang menempatkannya sebagai produsen guru semata. “Ini salah satu hal yang kami harapkan, bahwa stigma Undiksha sebagai pencetak guru mulai terkikis. Di Undiksha saat ini ada 27 program studi non kependidikan. Artinya, tidak lagi mencetak calon guru, tetapi juga sumber daya manusia yang sesuai kualifikasi yang dibutuhkan masyarakat,” tegasnya.
Universitas negeri terbesar di Bali Utara ini mengusung visi menjadi Jadi universitas unggul berlandaskan falsafah Tri Hita Karana di Asia pada tahun 2045. Lasmawan mendorong FHIS untuk membentuk kelas internasional. Menurutnya, Jurusan Ilmu Hukum memiliki peluang cukup besar untuk itu. “Mewjudkan visi Undiksha, maka salah satu strategi yang dilakukan, pengembangan kelas internasional. Tadi sudah saya tegaskan, bahwa mulai tahun akademik 2019, kami pimpinan berharap di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, minimal ada satu kelas internasional. Melalui ini, eskistensi Undiksha, tak hanya di Asia, tetapi juga di dunia akan bisa tergapai,” imbuh akademisi asal Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli ini.
Ketua Jurusan Ilmu Hukum FHIS Undiksha, Ratna Artha Windari, S.H.,M.H.,mengatakan melalui seminar ini, mahasiswa dan masyarakat umum mendapatkan pemahaman tentang pengacara internasional. Pihaknya pun berharap besar para lulusannya bisa mengikuti jejak Hotman Paris yang sangat sukses menjadi pengacara. “Semoga melalui seminar ini muncul motivasi untuk menjadi pengacara internasional,” ucapnya.
Khusus untuk mahasiswa, akademisi yang mengenyam pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Brawijaya ini mendorong untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Di Undiksha, hal tersebut sudah difasilitasi melalui program International Centre for English Excellence (ICEE). “Kami terus berupaya meningkatkan kualitas lulusan. Termasuk juga soal harapan membentuk kelas internasional, itu segera kami kaji,” imbuhnya. (hms)