Singaraja- Pengukuhan guru besar yang digelar oleh Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada Kamis (20/3/2025) tidak hanya sekadar menjadi momentum untuk memperkenalkan guru besar baru kepada civitas akademika, tetapi juga menjadi wadah untuk menyampaikan gagasan pemikiran, riset, dan inovasi yang dihasilkan oleh para guru besar melalui orasi ilmiah. Salah satu orasi ilmiah yang menarik perhatian adalah tentang pemanfaatan ekosistem laut untuk bahan obat dan meramu minyak atsiri dari tanaman.
Orasi ilmiah ini disampaikan oleh Prof. I Wayan Mudianta, S.Pd., M.Phil., Ph.D., guru besar bidang Kimia Organik, dengan judul “Meracik Obat dari Kedalaman Laut dan Meramu Minyak Atsiri dari Lereng Bukit.” Dalam orasi ilmiahnya, guru besar dari Kabupaten Karangasem ini menyampaikan Indonesia memiliki keanekaragaman spesies laut yang tinggi. Bahkan, wilayah kepulauan timur Indonesia termasuk bagian dari segitiga karang dunia (coral triangle) wilayah perairan dengan keanekaragaman tertinggi di dunia. Wilayah perairan Bali Utara juga masih merupakan bagian pinggir dari coral triangle sehingga memiliki potensi sebagai salah satu sampling site untuk berbagai jenis biota laut.
Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh berbagai invertebrata laut dan mikroba dari perairan Bali Utara berpotensi untuk diolah menjadi bahan obat yang bernilai tinggi. Beberapa hewan laut yang menghasilkan senyawa bioaktif tersebut, antara lain sponge, soft coral, nudibranch, dan bakteri asosiasi.
Selain memiliki keanekaragaman laut yang tinggi, Indonesia juga memiliki tanaman penghasil minyak atsiri yang berlimpah. Prof. Mudianta menyampaikan tercatat sebanyak 40 jenis minyak atsiri dihasilkan dari berbagai daerah di Indonesia, beberapa diantaranya bahkan mendominasi pasar global seperti minyak atsiri nilam (patchouli essential oil). Sebagai seorang akademisi, Prof. Mudianta sangat serius menggarap potensi ini. Beberapa tanaman yang telah ia sulap menjadi minyak atsiri adalah limbah kayu besi, limbah kayu majegau, bunga kenanga, dan tanaman liligundi. Minyak atsiri memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam berbagai industri, termasuk industri kosmetik, farmasi, dan aroma terapi.
Prof. Mudianta menekankan untuk menggali potensi ini secara berkelanjutan, diperlukan konsistensi riset yang mendalam dan infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, penelitian dalam bidang ini harus didorong untuk terus berkembang. Salah satu langkah yang dapat diambil dalam jangka pendek adalah pembentukan kelompok riset yang relevan, diikuti dengan inisiasi teaching factory, science techno park, dan bahkan pengembangan unit bisnis yang dapat membantu mengkomersialkan hasil riset dan inovasi. (hms)