Singaraja- Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) tidak hanya menaruh perhatian pada peningkatan kualitas pendidikan. Namun juga pada sektor pertanian yang potensinya sangat besar, khususnya di Kabupaten Buleleng. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan pelatihan produksi pupuk hayati plus “biofarm” yang bekerjasama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta menggandeng akademisi dari Universitas Muhammadyah Malang, Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, M.P. Pelatihan yang berlangsung sehari itu menyasar petani di Desa Jinengdalem, Kabupaten Buleleng, yang merupakan lokasi salah satu kampus Undiksha.
Rektor Undiksha, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd mengungkapkan Undiksha siap hadir di tengah masyarakat untuk bersama-sama menjawab persoalan, salah satunya bidang pertanian. Ia melihat, saat ini petani di Kabupaten Buleleng belum sepenuhnya sejahtera. Persoalan seperti krisis air, serangan hama belum bisa dilepaskan. “Kami ingin sektor pertanian benar-benar bisa memberikan manfaat untuk masyarakat. Undiksha siap bersinergi untuk itu. Apalagi dengan petani di Jinengdalem,” ungkapnya.
Melalui pelatihan itu, diharapkan ada peningkatan pemahaman pada petani, sehingga kedepan mendapatkan hasil yang semakin baik. “Sekarang yang hadir ahli bidang padi. Termasuk pengolahan pupuk organik. Kami ingin petani bisa semakin baik,” katanya. Ia juga menjelaskan, Undiksha memang belum memiliki program studi pertanian. Namun sudah ada upaya untuk mewujudkan itu salah satunya memalui pengembangan tanaman buah tropis, berupa durian dan lengkeng seluas 3,5 hektar di lahan kampus Jinengdalem dengan bibitnya produksi Institut Pertanian Bogor. “Semoga tahun depan Undiksha sudah memiliki prodi pertanian. Kebun ini percontohan yang berbasis teknologi. Masyarakat bisa secara bersama-sama belajar untuk pengembangannya,” imbuhnya.
Ketua pengelola kebun buah Undiksha, Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si mengatakan pelatihan pengolahan pupuk organik juga sebagai salah satu upaya untuk mengurangi biaya operasional petani, disamping dalam rangka penyelamatan lingkungan dari zat kimia. “Dengan penggunaan pupuk organik ini, petani tidak lagi memebeli pupuk kimia. Petani juga diberikan pemahaman bagaimana menangani hama dengan cara yang tepat,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Indah Prihartini menjelaskan pupuk hayati plus “biofarm” memiliki dampak yang sangat baik untuk pertanian. Produk inovasi itu bisa digunakan untuk membersihkan residu pada lahan sehingga kembali bersih. Selain itu juga bisa memperbaiki kualitas fisik, kimia dan biologis tanah, berfungsi sebagai biodekomposer untuk membuat pupuk organik padat maupun cair dan untuk menjaga kesehatan tanaman karena mengandung senyawa aktif. “Bahan untuk membuat ini ada di sekitar kita. Tetapi petani kadang-kadang tidak sadar dengan itu,” sebutnya.
Terkait penggunaan pupuk kimia oleh petani, menurutnya masih sangat tinggi. Hal tersebut juga tidak diimbangi dengan standar prosedur, sehingga memicu kerusakan pada tanah yang snagat cepat. “Petani kadang tidak tepat dosis, waktu dan tujuan penggunaan pupuk kimia. Petani ini hanya memikirkan kesuburan tanaman, bukan tanah. Sebenarnya kesuburan tanah dulu yang harus diperhatikan. Ini dampaknya ke tanaman,” terangnya.
Pelatihan tersebut mendapat respon positif dari petani. Salah satunya I Made Budiasa. Menurutnya banyak pengetahuan yang didapatkan berkenaan dengan pembuatan pupuk maupun pestisida organik. “Saya sangat tertarik untuk mengikuti ini. Pupuk organik bisa mengurangi modal yang dieluarkan petani,” katanya. Ditambahkan, penggunaan pupuk organik sangat tetap dikampanyekan, karena hal tersebut tidak hanya memberi imbas positif untuk tanah, namun juga mmapu mendongkrak harga jual hasil panen. “Produk organik sekarang cukup diminati di pasar,” pungkasnya. (hms)