Badung- Era disrupsi yang terjadi saat ini perlu diantisipasi oleh perguruan tinggi melalui transformasi, baik dalam birokrasi maupun implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal tersebut ditegaskan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) di Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu (6/8/2022) malam.
FGD ini mengahadirkan narasumber Staf Khusus Wakil Presiden RI Bidang Reformasi Birokrasi Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Staf Dosen Universitas Gadjah Mada Prof. Ainun Na’im, Ph.D., Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemdikbudristek Prof. Ir. Nizam, Ph.D., secara luring dan Deputi SDM Aparatur, Kemenpan-RB, Dr. Ir. Alex Denni, MM secara daring.
Dalam paparannya, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., membawakan topik terkait dengan “Pendidikan Masa Depan”. Dosen yang juga sempat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini menyampaikan perguruan tinggi harus melakukan perubahan dalam menghadapi masa disrupsi, baik itu menyangkut birokrasi maupun pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Bagaimana dia mendidik, meneliti, mengabdi masyarakat itu harus berubah sesuai dengan tantangan zaman khususnya terkait dengan revolusi industri 4.0,” terangnya.
Hal senada disampaikan Prof. Nasir. Di era disrupsi, perguruan tinggi harus melakukan perubahan yang lebih cepat. Ia yang membawakan materi “Transformasi Pendidikan Tinggi Menuju Universitas yang Unggul dan Berdaya Saing” menilai perlu ada gerakan bersama dari perguruan tinggi untuk melakukan perubahan, termasuk perubahan pada aspek pembelajaran yang harus merujuk pada kebutuhan pasar. Artinya, lulusan perguruan tinggi nantinya dapat terarah dan mampu menghadapi persaingan. “Dunia sudah berubah. Jangan perguruan tinggi tetap (tidak berubah, red). Maka dari itu, metodologi sistem yang ada dalam pembelajaran harus dirubah sesuai kebutuhan pasar,” jelas pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia ini.
Sementara itu, Prof. Nizam yang membawakan topik “Transformasi Pendidikan Tinggi Melalui Paradigma Merdeka Belajar Kampus Merdeka” menyampaikan dalam mentransformasi pendidikan pada era disrupsi teknologi ini, salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mentransformasikan mahasiswanya. Hal ini oleh Kementerian telah diakomodasi melalui kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “Jika mahasiswanya telah mengalami transformasi, jadi mau tidak mau perguruan tinggi akan tertransformasi yang dimulai dengan adanya program kampus merdeka merdeka belajar,” ungkapnya.
Undiksha sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia sudah melakukan langkah-langkah strategis menghadapi era disrupsi. Tidak hanya dengan memaksimalkan implementasi MBKM dalam rangka memberikan pengalaman lebih luas bagi mahasiswa, tetapi juga mempersiapkan kurikulum yang relevan. Undiksha menginginkan para lulusan memiliki sikap kritis, kreatif, kolaboratif, dan berkarakter. Hal ini sering ditekankan oleh Rektor, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. Peningkatan kualitas juga dilakukan Undiksha dalam birokrasi dengan penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki.
FGD ini diikuti oleh sejumlah Rektor dan Wakil Rektor perguruan tinggi negeri yang berstatus sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), pimpinan sejumlah perguruan tinggi di Bali, dan pimpinan fakultas/pascasarjana Undiksha. (hms)