Singaraja- Objek wisata Lovina menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara. Objek ini berada di kabupaten Buleleng yang menawarkan keindahan pantai maupun bentangan pegunungan. Hadirnya objek wisata ini tidak lepas dari kiprah Anak Agung Pandji Tisna. Seorang tokoh dengan pemikiran luar biasa untuk membangun tanah Bali. Ia pun diakui sebagai “Bapak Pariwisata Bali”.
Di kalangan sastrawan, Pandji Tisna juga dikenal sebagai novelis kesohor angkatan Pujangga Baru. Sejumlah karya sastra telah dilahirkan dari buah pikirannya. Novelnya yang terkenal dan dibaca banyak orang di antaranya adalah Ni Rawit Ceti Penjual Orang dan Sukreni Gadis Bali. Ia juga menulis sejumlah puisi.
Sekian tahun berlalu, ada salah satu warisan Pandji Tisna yang masih bisa disaksikan. Adalah sebuah bangunan yang kini menjadi sebuah museum. Lokasinya di kawasan Lovina, tepatnya di Desa Kaliasem, Kabupaten Buleleng.
Dikunjungi, Selasa (26/4/2022), bangunan ini bernuansa klasik dengan tetap mengusung arsitektur Bali. Ketika masuk ke musem yang berada di lantai II salah satu bangunan, “kekuatan” akademik sangat terasa. Berbagai jenis buku dengan berbagai judul nampak menghiasi rak kayu yang berdiri di sudut ruangan. Di salah satu dinding, juga terpajang lukisan Pandji Tisna. Ada pula mesin ketik yang nampak berusia tua. Benda ini dulu sering dipakai oleh Pandji Tisna untuk menulis karya sastra dan sebagainya.
Tempat ini menjadi saksi dari perjalanan hidup Pandji Tisna sebelum berpulang. Hingga memunculkan ketertarikan akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) untuk mendukung museum itu sebagai wahana edukasi maupun mempermanis pariwisata Lovina.
Akademisi itu adalah Dr. I Wayan Artika, S.Pd.,M.Hum., Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., dan I Made Astika, S.Pd.,M.A. Ketiganya yang tergabung dalam satu tim mengulirkan program pengabdian. Ketua tim, I Wayan Artika menjelaskan pogram pengabdian ini masuk dalam kategori desa binaan yang arahnya untuk membantu desa mengembangkan berbagai potensinya. Ia melihat museum Pandji Tisna memiliki potensi yang luar biasa untuk dijadikan pariwisata sastra yang selanjutnya dapat memperkaya pariwisata konvensional. “Kaitan dengan pariwisata konvensional, dengan kehadiran pariwisata sastra akan memperkaya. Itu dulu batasannya,” jelasnya.
Saat ini, tahapan pelaksanaan program baru pada identifikasi buku maupun berbagai peninggalan dari Pandji Tisna. Ke depan direncanakan adanya berbagai kegiatan, seperti festival sastra, festival membaca, dan festival menulis yang dikaitkan dengan treveling. “Ini sekaligus mengenal Pandji Tisna. Ini cenderung ke pariwisata dengan menu sastra,” ucapnya.
Akademisi yang aktif dalam gerakan literasi akar rumput ini menilai pariwisata sastra memiliki daya tarik untuk wisatawan mancanegara yang secara umum memiliki budaya literasi tinggi. “Ini sangat menarik. Kita tidak berikan novel, tetapi sinopsis. Saya kita itu bisa “dijual”,” imbuhnya.
Pelaksanaan program ini mendapat respon positif dari Anak Agung Ngurah Teguh Kosala Negara, salah satu penerus Pandji Tisna. Ia berharap museumnya dapat semakin berkembang dan mampu memberikan warna bagi pariwisata, khususnya di kawasan Lovina. “Saya sangat antusias dan mudah-mudahan ke depannya perkembangan lebih baik untuk museum ini dan juga saya sangat berterima kasih kepada Bapak Wayan Artika yang sudah mau memberikan usaha untuk membangun museum ini,” tuturnya.
Ia juga berharap dengan semakin hidupnya museum ini dapat menjadi wahana bagi masyarakat untuk semakin mengenal sosok Pandji Tisna, baik dalam dunia sastra maupun dalam membangun pariwisata Lovina. (hms)