Padang- Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) ke –IX yang berlangsung di Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat diharapkan mampu melahirkan pemikiran dari akademisi di perguruan tinggi untuk menjawab tantangan sektor pendidikan, salah satunya dalam menghadapi revolusi Industri 4.0. Hal demikian diutarakan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Muhammad Nasir pada acara pembukaan, Rabu (13/3/2019).
Disampaikan, di era revolusi industri itu terjadi integrasi antara digital, fisik dan human. Hal tersebut harus diantisipasi, khususnya oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dengan melahirkan lulusan yang semakin berdaya saing. “Dalam LPTK telah meluluskan setiap tahun. Sekitar ada 300 ribu dan telah diserap di dunia kerja 120 ribu. Kalau dalam pembelajaran seperti ini, maka akan ada masalah di masa datang. Ini menjadi tantangan yang harus diantisipasi,” tegasnya. Di tengah perubahan situasi dan kondisi ini, perguruan tinggi didorong untuk menerapkan pola pembelajaran yang mengadaptasi teknologi, termasuk juga membuka diri terhadap ilmu baru. “Negara akan bisa bekembang karena punya inovasi dan teknologi. Ini yang sangat penting,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu juga disampaikan publikasi ilmiah oleh perguruan tinggi harus terus digenjot, termasuk yang terindeks scopus. “Kami ingin Indonesia memiliki pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik berkualitas. Sehingga tidak terjadi gape antara preparer dan user,” imbuhnya.
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang berstatus LPTK juga menaruh perhatian serius pada revolusi industri 4.0 itu. Rektor, Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd optimis para lulusan bisa menghadapi “zaman baru” itu. “Kalau saya berani mengatakan alumni Undiksha sudah critical ranking. Dalam artian mampu memecahkan persoalan, terlebih menghadapi revolusi industri 4.0,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut tak lepas dari sederet terobosan yang dilakukan, seperti menuntut mahasiswa untuk kreatif melalui pemberian pengetahuan pengembangan diri. Selain itu, ada pula penerapan pendidikan kolaboratif, salah satunya dalam menggenjot penguasaan bahasa asing yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan di luar negeri. “Pendidikan karakter pun menjadi prioritas. Karakter dalam arti luas. Lulusan tidak hanya sopan maupun santun. Tetapi bagaimana lulusan berani mengambil tanggungjawab, berpikir masa depan, adaptif, memiliki kepekaan sosial dan budaya. Itu memang kita bangun. Sehingga alumni kita menjadi orang yang berintegritas,” sebutnya.
Pendidikan karakter, sambungnya tercermin dari visi dan misi Undiksha yang mengelaborasi ajaran Tri Hita Karana dalam bangunan program dan kegiatannya. Keseluruhan nafas dari pengembangan akademik kampus diarahkan pada penanaman dan implementasi pendidikan karakter sebagai tujuan pembangunan pendidikan nasional. “Melalui sejumlah hal itu, alumni kami pasti mampu bersaing. Sekarang banyak sekali alumni yang bisa diterima dalam pekerjaan dalam artian tidak kualifikasi akademiknya. Mereka bisa bersaing disana. Pribadinya dilihat,” jelasnya Rektor asal Kabupaten Badung ini. Acara Konaspi yang juga dirangkaikan dengan International Confrence ini berlangsung sampai 16 Maret yang diisi pemaparan sejumlah materi dengan berbagai narasumber dari dalam dan luar negeri. Undiksha juga mengirimkan perwakilan. (hms)