Singaraja- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia mengadakan kunjungan studi tour ke Tiongkok dengan melibatkan 45 mahasiswa, 15 sampai 22 Juni. Sebanyak 33 mahasiswa itu merupakan penerima Bidikmisi. Sisanya merupakan aktivis organisasi kemahasiswaan dari berbagai kampus di Indonesia.
Mahasiswa tersebut salah satunya berasal dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Ia adalah Ketut Budi Wahyuni, penerima Bidikmisi, sekaligus tergabung dalam organisiasi KMHDI. Pascakedatangannya dari negeri panda itu, mahasiswa semester IV Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni ini bertemu dengan Rektor Undiksha, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd di ruang kerjanya, Jumat (28/6/2019). Sekelumit cerita pun dibagi. Bisa ikut serta pada program itu harus memenuhi beberapa persyaratan. Memiliki kemampuan Bahasa Inggris dan menuliskan essay dengan topik “Budaya dan Teknologi Negeri Tiongkok”. “Saya ikutnya melalui KMHDI. Kebetulan kuliah di Undiksha, jadi ada rekomendasi juga dari Rektor,” ungkapnya.
Keberangkatannya itu bersama peserta lain dilepas Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir di Jakarta. Selama berada di Tiongkok, ia banyak mendapat sesuatu yang baru. Mulai dari mengetahui beberapa tempat wisata yang sangat bersejarah, seperti Beijing Zoo, Forbiden City di Beijing, The Great Wall Badaling China, Museum Hebei. Objek tersebut telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. “Beijing Zoo jadi ciri khas wisata Tiongkok. Dikenal dengan binatang Panda,” ungkapnya.
Ia mendapat kesempatan ke Tembok Besar China yang memiliki panjang lebih dari 13.000 mil. Tembok yang dibangun sebagai simbol kekuatan abadi pada peradaban China dan mencegah serangan penjajah yang masuk ke China. Selain itu Museum Hebei yang terletak di Shijiazhuang di Provinsi Hebei. Museum ini sangat terkenal di Tiongkok yang memiliki objek peninggalan budaya sekitar lebih dari 200.000 objek.
Selain objek bersejarah, jug ada kunjungan ke perusahaan game atau animasi yang disebut perfect world. Mengunjungi pabrik perusahaan besar pembuatan susu (Junlebao) di Provinsi Hebei dan mengunjungi National Library of China yang sangat mendepankan teknologi. “Untuk pelajar Tiongkok juga banyak mengenyam pendidikan ke luar negeri sebanyak mungkin. Setelah lulus, mereka kembali lagi untuk membangun negaranya sendiri hingga akhirnya mampu menciptakan teknologi-teknologi baru yang kreatif dan inovatif,” katanya.
Khusus berkaitan dengan pendidikaan, anak bungsu dari empat bersaudara ini mengunjungi National Library of China yaitu salah satu perpusatakaan terbesar di dunia, dengan koleksi buku lebih dari 37 juta item dan menjadi dokumen sejarah dunia memegang koleksi buku terbesar di Tiongkok. Selain itu, ada pula kunjungan ke Peking University dan Hebei Normal University. “Banyak yang bisa dipelajari untuk kemajuan Indonesia dari kisah Tiongkok yang kini menjadi negara sangat maju,” imbuhnya.
Rektor, Prof. Jampel mengapresiasi keikutsertaan mahasiswa yang tinggal di Kelurahan Banyuning, Buleleng ini. Diharapkan kedepannya mampu menjadi inspirator untuk mahasiswa lain. Bahkan, terus menggenjot prestasi yang nantinya bisa meningkatkan daya saing. “Ini harus menjadi contoh mahasiswa lain. Dari sisi prestasi juga harus terus ditingkatkan. Tak kalah penting juga bisa menjalankan falsafah Tri Hita Karana yang menjadi landasan visi universitas,” tegasnya. (BW/hms)