Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dipilih menjadi tuan rumah symposium internasional yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Symposium ini diikuti belasan utusan negara seperti Amerika, Austria, Jepang, Cina, Korea, dan utusan negara asing lainnya. Symposium ini mengusung tema “The Application of Nuclear Technology as a Key Element to Promote Competitive National Industrial Products, Energy, Health, Agriculture, Industry and Environment”.
Symposium internasional kali ketiga ini dibuka anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Suharso Monoarfa di Auditorium Undiksha Kamis (10/8) kemarin. Hadir pula para keynote speaker dari berbagai negara beserta para delegasi, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG, dan Rektor Undiksha, Singaraja Dr. Nyoman Jampel, M.Pd.
Suharso Monoarfa menjelaskan teknologi nuklir di Indonesia memang memantik pro dan kontra. Di tengah kondisi itu, keberadaan teknologi nuklir saat ini sudah mengalami kemajuan. Beberapa negara mulai mengembangkan teknologi nuklir ini sebagai sumber energi. Soal keamanan nuklir belakangan terus dikembangkan dengan canggih, sehingga teknologi ini aman sebagai persediaan energi masa depan. Cara mencegah terjadinya kecelakaan sudah disiapkan pengendaliannya dari hasil riset peneliti di tanah air. “Teknologi sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat termasuk teknologi nuklir. Menghindari pro dan kontra, kita harus menjelaskan kepada khalayak ramai tentang penggunaan teknologi nuklir ini,” katanya.
Menurut Suharso Monoarfa., Indonesia, sebagai negara yang jumlah penduduknya terbesar keempat di dunia, kebutuhan akan energi, air bersih, dan kesehatan bisa dipenuhi dengan teknologi yang ditawarkan terutama dalam bidang nuklir. Bung Karno sendiri sudah mencanangkan teknologi nuklir ini, sehingga saat ini Indonesia mempunyai Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang terdiri dari para ahli. “Kita terus mencoba memanfaatkan nuklir ini di bidang energi. Karena dari sisi biaya jauh lebih murah investasinya memang lebih mahal namun biaya pengoperasian dan maintenance murah. Pemanfaatan itu juga kita coba gali dari symposium ini,” tegasnya.
Rektor Undiksha Nyoman Jampel mengatakan, symposium internasional ini sangat penting untuk mengedukasi masyarakat terhadap keberadaan nuklir yang dikembangkan menjadi sumber energi. Masyarakat selama ini masih menilai bahwa teknologi nuklir itu adalah sesuatu yang membahayakan. Padahal, di tengah ancaman kekurangan energi dalam negeri, memaksa pemanfaatan nuklir yang belakangan memang sudah dikembangkan para peneliti dalam dan luar negeri. “Kita ketahui bersama masyarakat menilai nuklir itu berbahaya. Sementara persediaan energi di tanah air baik itu yang sudah ada dan energi terbarukan dan energi fosil sudah kian berkurang, sehingga pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir ini harus didukung, nah menyadarkan bahwa nuklir itu energi ramah lingkungan dan bahkan sudah dimanfaatkan dalam pertanian dan kesehatan harus melalui symposium internasional dibahas tuntas, sehingga dimengerti oleh publik,” katanya.
Di sisi lain Jampel menegaskan, Undiksha ke depan akan terus meningkatkan perannya dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) melalui proses perkuliahan yang bekerjasama dengan BATAN. Dari upaya ini, nantinya lahir SDM yang menguasai teknologi nuklir, sehingga pemanfaatannya akan semakin dipahami dan bisa diterima oleh masyarakat luas,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sutjidra mengatakan, kehadiran 300 delegasi dari 14 negara yang menghadiri symposium internasional merupakan hal positif dalam membahas pemanfaatan nuklir di berbagai bidang. Pihaknya berharap dari event ini akan menghasilkan hal-hal yang positif untuk Buleleng. Salah satunya adalah pemanfaatan nuklir di bidang pertanian. Apalagi, tahun 2018 Buleleng akan fokus pada bidang pertanian. “Jadi, pemanfaatan teknologi nuklir di bidang pertanian ini sangat bermanfaat untuk Kabupaten Buleleng. Kita mengharapkan hasil yang positif dari simposium internasional ini. Kita juga bisa belajar dari para speaker yang berasal dari 14 negara,” katanya.