Page 22 - KELOMPOK RESEARCH & PROFILE Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris
P. 22
Dewi sebagai orang yayasan selalu memanfaatkan
network yang dibangun untuk bisa terlibat dalam
pengembangan profesional staf-stafnya. Dengan cara ini,
kompetensi staf dan guru terus berkembang. Secara
perlahan, masyarakat menjadi percaya dan sangat tertarik
dengan program-program unggulan yang ada di TK ASI.
Dalam waktu 5 tahun, TK ASI mendapat kepercayaan
masyarakat karena masyarakat melihat langsung hasilnya.
Lulusan TK ASI sangat beda, dan terbukti memiliki
kompetensi dan keterampilan yang sangat signifikan. Para
orang tua TK akhirnya ikut langsung memperkenalkan /
mempromosikan TK tempat anaknya sekolah, ke kerabat
dan teman-
temannya, sehingga sampai sekarang menjadi TK favorit.
Bukti sebagai TK favorit bisa dilihat dari calon siswa
antre untuk bisa mendaftar dari setahun/dua tahun
sebelumnya untuk „booking‟ tempat.
Keunikan TK ini juga didukung oleh program TK yang
dibuat. Di TK ini ada tiga kelompok belajar, yaitu anak usia 3
tahun disebut Toddler, Kelas A dan kelas B. secara
keseluruhan anak berada di TK selama 6 semester atau 3
tahun. Pembelajaran di semester 6, merupakan program
penyiapan anak masuk SD, sehingga ketika mereka tamat,
semua anak lulusan TK ASI siap masuk SD dan orang tua
sangat senang dengan hasilnya.
TK ASI ini sekarang menjadi favorit juga karena
menerapkan pendidikan inklusi dan menerima anak
berkebutuhan khusus. Para orang tua sangat senang dengan
penanganan yang dilakukan sehingga TK ini benar-benar
mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat.
3.2.4 Prestasi dalam membangun dan mendirikan Sekolah Dasar (SD)
bilingual dan menjadi sekolah favorit dan bertaraf internasional.
Mendirikan SD sebenarnya tidak begitu direncanakan sejak
awal. Tetapi naluri Bu Dewi untuk merepson terhadap fenomena
yang ada di masyarakat dalam bidang keahliannya tidak bisa
dibendung. Ide untuk mendirikan SD ini terbersit ketika Bu
Dewi diundang menjadi nara sumber tentang pendidikan
bilingual di sebuah SMA favorit di Singaraja. Saat itu, Bu Dewi
memberikan paparan, tetapi paparan yang diberikannya seolah
tidak dipandang sebelah mata, atau dianggap terlalu „serius‟
dan merepotkan, atau terlalu sulit untuk diterapkan. Pihak
sekolah seolah tidak menyadari bahwa mereka memiliki
kelemahan secara sistemik sehingga ide-ide yang diberikan sulit
untuk diterima dan terkesan menutup diri untuk perubahan.
Pengalaman mengenal sekolah RSBI yang dibuat pemerinah
saat itu sebagai Sekolah Rintisan Berskala Internasional sudah
18