Page 14 - KELOMPOK RESEARCH & PROFILE Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris
P. 14
membuat mereka bahagia sehingga diapun berupaya masuk ke Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris pilihan kakak-kakaknya.
Memasuki Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di awal semester di S1
terasa sulit dan tidak gampang, karena dasar Bahasa Inggris yang dimiliki saat
SPG tidak begitu kuat. Di samping itu, stress mulai muncul karena memiliki teman-
teman sekelas yang pintar-pintar yang memang berasal dari SMA, dan bahkan
banyak dari jurusan bahasa saat itu. Dia hampir menyerah dan hampir pindah
jurusan karena segalanya terasa sulit saat itu. Jumlah mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris yang ada di kelasnya, sangat sedikit dibandingnya
jumlah mahasiswa di prodi yang sama saat ini. Dengan jumlah yang sedikit,
semua dosen sangat paham karakteristik setiap mahasiswa dan mahasiswa
seakan mendapat perhatian yang sangat tinggi dari para dosen. Jumlah
mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris saat itu cuma 21 orang, dan
hanya ada satu kelas. Setiap mahasiswa seakan sangat dikenal oleh semua dosen
pengajar. Ini yang menyebabkan Bu Dewi merasa sangat malu, merasa paling
bodoh di kelasnya, dan ingin berhenti kuliah atau pindah jurusan. Tetapi saran
dari kakak-kakaknya yang sangat dia percayai agar dia rajin membaca dan
menambah suku-kata setiap hari, membuat dia berangsur menjadi lebih percaya
diri. Oleh sebab itu, mulai semester dua nilai IPK berangsur naik dan tinggi.
Semester-semester berikutnya nilai akhir semester selalu lebih tinggi dari
kebanyakan teman di kelas, sehingga dia bisa lulus dalam waktu 4 tahun kurang
satu bulan dengan IPK tertinggi saat itu.
Setelah tamat di S1 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dia disuruh oleh
para dosen senior untuk melamar menjadi dosen di jurusan yang sama. Luar biasa
malunya saat itu, meskipun ada rasa bangga karena dipilih oleh dosen, tetapi rasa
malu untuk diusulkan jadi dosen di tempat kuliah lebih besar. Dia hampir tidak
mau mengikuti saran para dosen senior, tetapi karena takut dimarahi dosen yang
mengusulkan saat itu, akhirnya dia memutuskan untuk melamar menjadi dosen,
dan diterima. SK menjadi dosen keluar setahun kemudian.
Setahun setelah bekerja sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris FKIP UNUD saat itu, Bu Dewi mencoba melamar beasiswa untuk kuliah S2
di Australia, dan tanpa disangka dia berhasil mendapatkan beasiswa AIDAB (dari
pemerintah Australia saat itu) dan mulai kuliah di S2 (School of Education)
Macquarie University, NSW Australia tahun 1990.
Kuliah di School of Education Macquarie University berjalan dengan lancar,
dan selesai tepat waktu melalui program kuliah (course works) dan penelitian
tesis. Dia menamatkan studinya tahun 1992 tepat dua tahun. Jaman itu
penggunaan laptop dan email belum ada dan segala sesuatunya masih harus
tercetak dalam kertas dan dikirim lewat post.
Ada peristiwa unik yang terjadi saat dia selesai kuliah di Macquaire
University tersebut, ketika akan pulang ke Bali untuk selamanya. Saat itu dia
harus mengumpulkan tesis ke kantor untuk dikirim ke pihak penguji luar. Dia
kumpulkan cetakan tesis di kantor, diterima oleh pegawai yang bertugas; dan
setelah itu keesokan harinya langsung terbang ke Bali untuk selamanya. Karena
ujian melibatkan penguji luar, dan memakan waktu yang lama, maka hasil ujian
tesis tidak bisa ditunggu di Australia, dan dia harus pulang segera setelah tesis
dikumpulkan dan menunggu hasilnya dari Bali. Beberapa bulan setelah tinggal di
10