Page 137 - KELOMPOK RESEARCH & PROFILE Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris
P. 137
yang terdapat pada link berikut
https://scholar.google.com/citations?user=npz9pX8AAAAJ&hl=en.
Salah satu rumpun penelitian yang sedang didalami oleh Ibu Arie sejak tahun 2020
adalah kajian kritis terhadap buku teks dan cerita anak. Kajian kritis terhadap buku teks
utamanya disoroti dengan perspektif feminisme, kesetaraan gender, pendidikan karakter, dan
perbedaan budaya. Menurut Ibu Arie, karena buku teks merupakan sumber pengetahuan bagi
siswa maka ada kemungkinan apapun yang disajikan dalam sebuah buku teks akan dianggap
sebagai hal yang patut dicontoh oleh siswa. Karena itu, sangat penting untuk melihat secara
kritis, apakah buku-buku teks yang digunakan siswa sudah menginklusi nilai-nilai pendidikan
karakter dengan baik; apakah buku-buku teks ini memberi gambaran yang adil mengenai
profesi, perilaku, dan sikap perempuan dan laki-laki, dan khusus pada buku teks pelajaran
Bahasa Inggris, sangat penting dijaga keseimbangan antar usaha memperkenalkan budaya
target (yakni Budaya Inggris/ English Speaking countries) dan usaha untuk melestarikan local
wisdom Indonesia.
Buku cerita untuk anak sering mengadopsi sudut pandang anak yang lugu, sehingga
anak mudah mengidentifikasi diri mereka dengan tokoh utama dalam cerita yang mereka
baca. Namun sebagai teks yang ditulis oleh orang dewasa, terkadang pandangan penulis
mengenai posisi perempuan dalam masyarakat tercerminkan ke dalam cerita yang ditulisnya.
Apabila teks tersebut ditulis dalam masyarakat yang patriarkis, maka ada kecendrungan teks
itu akan mereproduksi karakterisasi, perbuatan, dan cara pikir yang patriarkis, misalnya
bahwa perempuan harus lemah lembut; bahwa tugas utama perempuan ada di dapur, sumur
dan Kasur; bahwa perempuan wajib melahirkan keturunan suaminya; bahwa perempuan harus
mengalah untuk suami dan keluarga; bahwa perempuan wajib mengurus anak dan orang sakit,
dan seterusnya. Terlepas dari baik atau buruknya berbagai keharusan ini, yang salah bukan
pada apa yang harus dilakukan perempuan, tapi pada konsepsi bahwa perempuanlah yang
harus melakukan semua itu tanpa melibatkan laki-laki. Padahal, mengerjakan urusan rumah
tangga, mendidik anak dan merawat orang sakit seharunya menjadi tanggung jawab bersama
antara laki-laki dan perempuan.
Cerita rakyat merupakan media untuk menularkan local wisdom dari generasi ke
generasi. Tak jarang cerita rakyat mengandung pesan perbuatan pantas dan tak pantas, serta
apa yang pantas dan tidak pantas untuk perempuan. Karena itu, bagi Ibu Arie, cerita rakyat
perlu ditelaah dengan cermat agar jangan sampai meneruskan ajaran yang salah kepada
generasi penerus. Misalnya saja, petik Bu Arie, cerita rakyat dari Bali Si Tuung Kuning sering
133