Page 134 - KELOMPOK RESEARCH & PROFILE Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris
P. 134
cerita rakyat, Gerrard Genette dan teori naratifnya. Dalam peralihan teori strukturalisme ke
teori post-strukturalisme, Ibu Arie sangat tertarik pada teori dekonstruksi Jacques Derrida,
teori kekuasaan dari Michel Foucault, serta teori semiology dari Roland Barthes, dan
semiotika dari Charles Sanders Pierce.
Dari aspek kritik sosial, Ibu Arie juga berkenalan dengan teori-teori pos-kolonialisme,
marxisme, multi-kulturalisme, dan teori-teori feminisme. Sebagai kajian tesis masternya, Ibu
Arie memadukan pendekatan dekonstruksi Derrida dan semiologi Barthes dengan teori
hibriditas dari Hommi K. Bhabha untuk membahas persinggungan antar budaya yang terjadi
dalam sejarah masuknya agama Kristen dan suku Anglo-Saxon ke kepulauan Britania seperti
yang tercermin dalam Legenda King Arthur. Ibu Arie menyoroti bagaimana kisah itu justru
marak di angkat ke budaya popular seperti film Hollywood dan jaringan TV kabel HBO pada
peralihan millennium ketiga merupakan refleksi atas globalisasi dan maraknya persinggungan
antar-budaya yang terjadi di tahun 1990-an dan 2000-an itu. Salah satu isu sosial yang
tersentuh namun tak terdalami dalam tesis master ini adalah posisi perempuan dalam
pesinggungan budaya ini, yang selalu menjadi subjek pelaku hanya di belakang layar,
sedangkan pada panggung politik yang sesungguhnya, perempuan yang kuat selalu menjadi
tokoh yang ditakuti dan kemudian dihukum.
Untuk mendalami posisi perempuan di masyarakat, maka Ibu Arie memutuskan untuk
mendalami teori feminisme pada kajian doktoralnya. Masih dengan pendalaman pendekatan
dekonstruksi Derrida, semiologi Barthes, dan teori kekuasaan Foucault, Ibu Arie juga
menerapkan kajian psikoanalisa dari Jacques Lacan dan Teori Kritik Film Feminis dari Laura
Mulvey untuk mencermati posisi perempuan dalam film-film adaptasi dari novel-novel Jane
Austen pada 1995-2005 sebagai bentuk redefinisi posisi perempuan sebagai subjek dalam
wacana feminisme.
Ketertarikan Ibu Arie terhadap Jane Austen dan juga mengenai teori feminisme tak
tumbuh semalam. Sebagai anak perempuan yang dilatih untuk berperilaku sepantasnya
perempuan, Bu Arie sering merasa dibeda-bedakan. Saat kakak-kakaknya bermain, Bu Arie
sering dipanggil pulang lebih dahulu karena Bu Arie lah yang bertugas menyapu lantai dan
halaman. Bu Arie juga sering dimarahi ibunya karena tidak suka memasak. Meski bisa
memasak sekedar untuk mengenyangkan perut, menurut Bu Arie, perempuan tak harus
memasak. Karena jika perempuan sudah bekerja dan habis waktunya untuk berkarir, harusnya
ia bisa makan tanpa harus memasak. Tapi pendapat itu berbeda dengan pandangan orang
tuanya, yang menganggap setinggi - tingginya perempuan bersekolah, ia harus tahu urusan
130