Page 53 - KELOMPOK RESEARCH & PROFILE Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris
P. 53
dan membangun budaya membacanya.
Budaya baca bukan saja merupakan fondasi literasi yang kuat, tetapi juga
mengasah kecerdasan linguistik anak. Anak-anak yang suka membaca secara
otomatis akan memiliki kemampuan berbahasa ang lebih dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak suka membaca. Karena bahasa bukan hanya alat
berkomunikasi tetapi juga media untuk berfikir, maka budaya membaca juga
berdampak langsung terhadap kecerdasan anak. Kesadaran akan hal ini
menyebabkan Bu Artini bertekad untuk menerapkan apa yang sudah dialaminya
di masa kanak-kanak sehubungan dengan bercerita dan membacakan buku
cerita kepada anak-anaknya kelak.
Pada tahun 1988, Bu Artini mendapat SK CPNS sebagai dosen di
almamaterrnya, yaitu FKIP Universitas Udayana, Kampus Singaraja.
Pengangkatannya di almamater karena pada saat mahasiswa dia mendapat
beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) yang diberikan kepada mahasiswa yang
berprestasi secara akademik. Secara resmi, Bu Artini mulai bekerja sebagai
pendidik, mengikuti jejak orang tuanya, pada tahun 1989, karena kurun waktu
dari sejak lulus tahun 1986 sempat mengajar krsus abhasa Inggris untuk dosen
dan pegawai instansi pemerintah di Laboratorium Bahasa Universitas Udayana,
Kampus Denpasar. Pada bulan Novemver 1989, Bu Artini menikah dan bayi
pertamanya lahir pada bulan April tahun 1991. Sejak bayinya berusia 6 bulan dia
sudah mulai mengenalkan buku denan menunjukkan gambar-gambar sambil
berinteraksi secara verbal. Walaupun bayi saat itu belum bisa fokus terhadap
apa yang didengar maupun dilihat, tetapi kegiatan bercerita tetap dilakukan
sebagai rutinitas. Sayang sekali kegiatan ini harus dihentikan saat bayi
pertamanya berusia 8 bulan karena Bu Artini harus berangkat ke Australia untuk
melanjutkan studi S2 nya. Bayinya dititipkan kepada ibunya yang melanjutkan
rutinitas bercerita setiap hari.
Sekitar 3 tahun setelah menyelesaikan studi S2, Bu Artini melahirkan anak
kedua, dan rutinitas mengenalkan buku dan bercerita bisa berlangsung secara
teratur. Pada tahun 2002, kembali Bu Artini harus berangkat ke Australia untuk
melanjutkan studi S3. Kali ini Bu Artini berkesempatan memboyong keluarga
untuk tinggal di Australia selama 3,5 tahun. Pada periode ini, kedua anak Bu
Artini semakin mendapat kesempatan luas untuk membaca buku-buku yang
memang dirancang khusus untuk anak-anak dalam bahasa Inggris. Budaya
membaca mereka menjadi sangat kuat dan mereka memiliki kemampuan
berfikir kritis dan kreatif yang mengagumkan. Mereka selalu bisa menjelaskan
hal-hal atau ide-ide yang pada usia tersebut seharusnya sulit bisa dilakukan
secara sistematis dan logis. Ini membuktikan bahwa budaya membaca memang
powerful dalam mengasah kemampuan berfikir dan meningkatkan ketrampilan
dalam berbahasa atau berkomunikasi. Pengalaman literasi dalam dua bahasa
telah menjadikan kedua anak tersebut memiliki nilai lebih sehingga sering
mewakili sekolahnya di Australia untuk mengikuti lomba berpidato maupun
bercerita. Ini juga menjadi pengalaman berharga bagi anak-anak bu Artini,
sehingga saat putrinya memiliki bayi, dia juga mulai bercerita dan mengenalkan
buku saat bayinya berusia 3 bulan seperti yang terlihat pada gambar berikut.
49