Singaraja- Kawasan mangrove atau hutan bakau menjadi salah satu ekosistem penting di dunia, terutama bagi daerah pesisir. Mangrove tidak hanya menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, tetapi juga memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan ekologi dan iklim, melindungi garis pantai, dan mendukung mata pencaharian masyarakat pesisir.
Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng adalah salah satu desa di Pulau Bali yang memiliki Kawasan mangrove. Desa ini memiliki garis Pantai sepanjang 14,23 Km dan sebagian masuk ke area Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dengan luas hutan mangrove sekitar 120 hektar. Masyarakat di desa yang berada di wilayah Buleleng Barat ini menyadari akan pentingnya hutan mangrove untuk kehidupan. Hal ini yang mendasari munculnya kesetiaan untuk selalu menjaga dan melakukan upaya pelestarian.
Gerakan cinta mangrove kian menggema sejak tahun 2004 silam. Gerakan ini semakin hidup dan semakin mendapat dukungan dari masyarakat sehingga mampu menciptakan berubahan. Kawasan pesisir semakin hijau dan luasan area mangrove semakin bertambah.
Gerakan ini semakin kuat dengan hadirnya komunitas peduli lingkungan dan Satgas Lingkungan Desa Pejarakan yang diinisiasi oleh Abdul Hari. Pria kelahiran 16 Juli 1981 telah memusatkan perhatiannya pada konservasi mangrove sejak puluhan tahun lalu bersama puluhan warga yang kini tergabung dalam komunitas. Langkah positifnya ini mendapat dukungan yang luar biasa dari pemerintah desa setempat dan juga masyarakat.
Kelestarian hutan mangrove diinginkan dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, gerakan konservasi juga melibatkan generasi muda bahkan anak-anak yang didukung edukasi oleh beberapa instansi, seperti Jaringan Satwa Indonesia (JSI) dan Jagat Animal Network (JAN). Dengan demikian, generasi muda diharapkan bisa memahami tentang konservasi dengan tetap berpegang teguh pada falsafah “Tri Hita Karana”.
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) turut serta memberikan dukungan dalam konservasi mangrove di Desa Pejarakan. Ratusan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan diajak untuk menanam pohon mangrove, Minggu (1/9/2024). Koordinator PPG Undiksha, Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd menyampaikan kegiatan bertajuk pengenalan lingkungan ini sebagai bentuk implementasi dari filosofi Tri Hita Karana yang digaungkan dengan Undiksha, yang salah satu di dalamnya adalah menjalin keharmonisan dengan lingkungan. Selain itu juga sejalan dengan tujuan Pembangunan berkelanjutan yang digaungkan oleh pemerintah terkait pembangunan Nasional yang memiliki 17 aspek, yang salah satunya adalah konservasi kelautan. Ia berharap melalui penanaman mangrove ini dapat memantik kesadaran mahasiswa maupun calon guru untuk menjadi pioneer dalam pelestarian alam.
Kepala Desa Pejarakan yang diwakili oleh Kepala Dusun Marga Garuda, Gede Suardana turut memberikan apresiasi atas kontribusi Undiksha dalam konservasi mangrove ini. Ia berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut.
Kini, Kawasan hutan mangrove Desa Pejarakan tidak hanya untuk menjaga ekosistem Kawasan pesisir. Tetapi juga sudah dikembangkan menjadi ekowisata sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk masyarakat dan desa.
Selain penanaman mangrove, mahasiswa PPG Prajabatan Undiksha juga diajak ke Taman Nasional Bali Barat (TNBB) untuk mengenal lebih dekat konservasi burung jalak Bali yang menjadi salah satu satwa dilindungi. Di tempat ini, mahasiswa juga menggelar aksi bersih-bersih sampah plastik. Sebelumnya, Undiksha juga menyerahkan sarana kebersihan di Pura Pulaki. (hms)