Produksi ASI adalah salah satu aspek penting dalam pemberian nutrisi bagi bayi yang baru lahir. Manfaat ASI telah terbukti memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit pada bayi serta memberikan nutrisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Namun, beberapa ibu mengalami kendala dalam produksi ASI, seperti produksi yang kurang atau ketidakmampuan bayi untuk menyedot ASI dengan baik. Kelancaran produksi ASI sangat dipengaruhi oleh perawatan payudara terutama pada masa nifas (masa ibu menyusui). Perawatan payudara sebaiknya dilakukan sedini mungkin, dimulai dari masa kehamilan trimester ketiga sampai dengan setelah melahirkan. Payudara yang sehat bagi ibu nifas adalah payudara yang dirawat dengan bersih dan menggunakan bra yang nyaman. Ciri dari bra menyusui adalah terdapat jendela pada mangkuk (cup) sehingga bayi dapat menyusu dengan bebas tanpa harus membuka keseluruhan bra, memiliki penopang atau kubah, pengait, dan tali bra yang lebar sehingga ibu nifas merasa lebih nyaman menggunakan bahan katun atau campuran katun yang dapat menyerap keringat, tali pengikat yang digunakan lebar dan dapat menyangga payudara dengan baik, bra yang digunakan ibu nifas juga harus sesuai dengan ukuran payudara sehingga nyaman untuk digunakan (Garini EP et al., 2018).
Akan tetapi, selama ini ibu nifas melakukan perawatan payudaranya secara manual, yaitu dengan cara membuka keseluruhan bra dan melakukan pemijatan serta pemberian suhu hangat pada payudara dengan cara dikompres dengan kain washlap biasa. Tentu hal ini akan sangat merepotkan ibu nifas karena suhu yang dihasilkan oleh kompres kain washlap ternyata tidak stabil dan tidak mampu bertahan lama sehingga harus dilakukan pencelupan ke dalam air hangat secara berulang-ulang. Proses pemijatan payudara pun sulit dilakukan sendiri karena keterbatasan jangkauan tangan, sehingga hal ini mengakibatkan tidak maksimalnya proses perawatan payudara dan tentunya akan berdampak pada kelancaran produksi ASI pada ibu nifas. Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa Undiksha yang terdiri atas Ketut Adi Gunawan, Komang Kajeng Dirja Reynaldi, dan Luh Nadya Kartika Dewi di bawah bimbingan dosen, Ketut Udy Ariawan. S.T, M.T melalui PKM membuat inovasi. Inovasi tersebut bernama “E-Bra (Electronic Bra): Inovasi Alat Pemijat dan Penghangat Payudara Untuk Membantu Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas.
E-bra adalah sebuah bra yang di dalamnya terdapat beberapa rangkaian komponen elektronika yang dialiri arus listrik (Loniza E et al., 2020). Komponen elektronika tersebut terdiri dari elemen pemanas, yang akan menghasilkan suhu hangat pada payudara ibu nifas. Elemen pemanas ini berbahan dasar silikon yang dialiri arus listrik sehingga tingkat panasnya bisa diatur dan bersifat lebih fleksibel. Motor getar, yang akan menghasilkan getaran untuk menimbulkan efek pemijatan pada payudara ibu nifas. Motor getar dapat diatur tingkat getarannya sehingga lebih efektif di dalam proses pemijatan. Sensor panas, yang mampu membaca tingkat suhu yang dihasilkan oleh elemen pemanas. Sensor getar, yang mampu membaca tingkat getaran yang dihasilkan oleh motor getar. Hasil pembacaan kedua sensor tersebut ditampilkan pada layar LCD berukuran 16X4. Sumber daya yang digunakan pada alat ini tidak lagi bersumber dari PLN, akan tetapi menggunakan baterai dengan kapasitas penyimpanan daya kurang lebih selama 30 menit. Dengan menggunakan baterai, tingkat keamanan ibu nifas terhadap bahaya listrik juga dapat lebih dihindari. Selain itu juga, E-Bra juga nyaman untuk digunakan dan mudah untuk dibawa beraktivitas oleh ibu nifas. (rls/hms)